Greenpeace: Pendanaan Loss and Damage Harus Diikuti Aksi Mengakhiri Energi Fosil

Reporter

Tempo.co

Minggu, 20 November 2022 16:15 WIB

Aksi Kreatif Greenpeace di Pantai Melasti, Bali, yang berkirim pesan kepada para pemimpin dunia di KTT G20 Bali pada Senin 14 November 2022. (Greenpeace)

TEMPO.CO, Jakarta - Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB atau Conference of the Parties ( COP) ke-27 di Sharm el-Sheikh, Mesir, yang baru saja berakhir membuat terobosan dengan kesepakatan tentang pendanaan untuk kehilangan dan kerusakan (loss and damage).

Kesepakatan ini bisa menjadi awal yang baik untuk menuju keadilan iklim, kendati masih ada sejumlah catatan yang perlu menjadi perhatian.

Isu krusial menyangkut pendanaan loss and damage–seperti negara mana yang harus membayar–baru akan dibahas dalam COP 2023. Ini menandakan masih ada keengganan negara-negara emiter besar untuk membayar biaya kerusakan iklim akibat emisi yang mereka hasilkan selama ini.

“Kita masih memiliki pekerjaan rumah memastikan negara-negara dan perusahaan-perusahaan yang bertanggung jawab atas krisis iklim memberikan kontribusi terbesar untuk pendanaan loss and damage,” ujar Leonard Simanjuntak, Kepala Greenpeace Indonesia, dinukil dari siaran pers yang diterima, Minggu, 20 November 2022.

Kesepakatan COP27 juga harus memastikan negara-negara maju menepati janji mereka. Ini mengingat tak terpenuhinya janji mereka sebelumnya, yakni mengalokasikan US$100 miliar per tahun atau Rp 1,56 triliun untuk membantu negara-negara berkembang bertransisi ke energi bersih dan meningkatkan ketahanan menghadapi krisis iklim.

Advertising
Advertising

Selain itu, Greenpeace menyesalkan tak disepakatinya tindakan mitigasi yang lebih ambisius dari kesepakatan Glasgow pada 2021. Tak ada komitmen untuk mengakhiri penggunaan semua bentuk energi fosil (batu bara, minyak, dan gas bumi) dan seluruh subsidi untuk energi fosil tersebut. Sejumlah negara utara dan selatan sebenarnya menyuarakan desakan itu, tetapi ditolak oleh Presidensi COP27 Mesir.

“Kompromi yang jelas-jelas dipengaruhi oleh lobi raksasa-raksasa energi fosil ini akan membawa bumi dan penghuninya menuju rangkaian bencana iklim permanen,” kata Leonard. COP27 hanya mengulang kesepakatan untuk phasing down penggunaan batu bara—poin yang sebenarnya sudah disepakati sejak COP26 di Glasgow.

Hal lainnya yang patut disesalkan yakni tak tercapainya kesepakatan dan target waktu yang jelas untuk penggandaan dana global untuk membantu negara-negara miskin dan berkembang melakukan adaptasi. Sejauh ini, COP27 hanya mengakui bahwa diperlukan setidaknya US$5,6 triliun untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi krisis iklim sampai tahun 2030.

Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara sekaligus Ketua Delegasi Greenpeace di Konferensi Perubahan Iklim atau COP27, Yeb Sano, mengatakan kemenangan dalam mendorong pendanaan loss and damage ini harus dilanjutkan dengan aksi-aksi baru untuk melawan para penghambat aksi iklim, mendorong kebijakan yang lebih berani untuk mengakhiri ketergantungan pada bahan bakar fosil, meningkatkan energi terbarukan, dan mendukung transisi energi yang adil.

“Kita harus membuat kemajuan di semua lini, atau kita semua kalah. Harus diingat bahwa alam tidak berkompromi.”

Baca Juga: Ekonom Soroti Skema Pendanaan Transisi Energi Rp 314 Triliun dalam KTT G20

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

14 jam lalu

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

IPA Convex ke-48 bertema Gaining Momentum to Advice Sustainable Energy Security in Indonesia and The Region.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

1 hari lalu

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

Pengadilan baru saja mencabut izin penanaman komersial padi Beras Emas atau Golden Rice hasil rekayasa genetika di Filipina.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

1 hari lalu

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

Terpopuler: Perjalanan bisnis sepatu Bata yang sempat berjaya hingga akhirnya tutup, kawasan IKN kebanjiran.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

2 hari lalu

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

Energi kotor biasanya dihasilkan dari pengeboran, penambangan, dan pembakaran bahan bakar fosil seeperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

5 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

6 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

7 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

7 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

7 hari lalu

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

Penyaluran pendanaan AdaKami pada Januari-April 2024 mencapai Rp 4,6 triliun.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

7 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya