Ekonom: Tidak Ada Pernyataan Indonesia Akan Resesi 2023

Jumat, 28 Oktober 2022 20:08 WIB

Ilustrasi Resesi. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam hakulyakin Indonesia tidak akan mengalami resesi pada 2023. Dia memastikan perekonomian Tanah Air bakal baik-baik saja.

"Tidak ada statement yang mengatakan Indonesia akan resesi. Adanya pernyataan global akan resesi. Namun, kita harus tetap waspada," ujar Piter ketika dihubungi oleh Tempo pada Kamis malam, 27 Oktober 2022.

Sejumlah negara maju diprediksi mengalami perlambatan perekonomian pada tahun depan. Negara-negara tersebut di antaranya Inggris dan Amerika. Perlambatan terjadi karena pelbagai pukulan, seperti kondisi geopolitik, ancaman perubahan iklim, sampai Covid-19.

Kendati perlu waspada, Piter meminta masyarakat tidak panik. Sebab saat resesi global dan harga-harga barang meningkat, Piter menyatakan stok energi maupun pangan di dalam negeri masih akan tetap tersedia.

Alih-alih suram, Piter mengatakan 2023 justru menjadi momentum bagi Indonesia untuk mengejar pemulihan ekonomi dan melaksanakan normalisasi. Indonesia akan mengejar defisit APBN turun atau kembali ke posisi 3 persen seperti yang diamanatkan dalam undang-undang.

Advertising
Advertising

Di samping itu, Piter mengatakan di tengah resesi global, Indonesia harus mencari peluang dan melihat sektor apa saja yang akan moncer. "Saya meyakini tahun depan itu perekonomian kita akan bangkit karena pandemi. Jika dilihat dari perkembangan sekarang, akan sudah berubah menjadi endemi," ucapnya.

Baca juga: Perbedaan Resesi dan Depresi Ekonomi

Piter melanjutkan, masyarakat Indonesia pun akan kembali ke kehidupan yang normal. Sebab, kini mobilisasi masyatakat mulai normal. Ketika mobilisasi masyarakat sudah pulih sepenuhnya, ia menyebut sektor konsumsi akan kembali booming. "Yang kemarin terpuruk, atau yang agak lama pulihnya, seperti pariwisata, tahun depan akan mulai bangkit," ucap Piter.

Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyatakan ekonomi global berisiko mengalami kerugian US$ 4 triliun pada 2026 akibat resesi. IMF telah menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global menjadi hanya 2,9 persen pada 2023 seiring dengan resesi.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan prospek ekonomi global gelap akibat meningkatnya risiko resesi dan ketidakstabilan keuangan. Setelah Covid-19, dunia menghadapi ancaman krisis karena invasi Rusia ke Ukraina dan bencana lantaran perubahan iklim.

"Kami mengalami perubahan mendasar dalam ekonomi global, dari dunia yang relatif mudah diprediksi ke dunia dengan lebih banyak kerapuhan, ketidakpastian yang lebih besar, volatilitas ekonomi yang lebih tinggi, konfrontasi geopolitik, dan bencana alam yang lebih sering dan menghancurkan," katanya seperti dikutip dari Reuters, awal Oktober lalu.

IMF terus menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya. Revisi ini bahkan sudah penurunan keempat kalinya pada tahun ini. Adapun untuk 2022, IMF memperkirakan ekonomi global tumbuh 3,2 persen.

DEFARA DHANYA PARAMITHA | REUTERS

Baca Juga: Analis: Resesi Global Tak Menyurutkan Minat Investasi Masyarakat RI

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

15 jam lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

22 jam lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

1 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

2 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

4 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

4 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

8 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya