Rupiah Melemah Tipis ke 15.567 per Dolar AS, Analis: Indeks Konsumsi Masyarakat Masih Terjaga
Reporter
Riri Rahayu
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 27 Oktober 2022 17:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah pada sore hari ini, Kamis, 27 Oktober 2022, ditutup melemah tipis empat poin di level Rp 15.567 per dolar AS. Padahal sebelumnya mata uang rupiah sempat menguat 12 poin dari penutupan sebelumnya di level 15.563.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan ketika rupiah melemah, indeks dolar AS menguat tapi berada mendekati level terendah lebih dari satu bulan terhadap sekeranjang mata uang pada Kamis ini.
Hal ini sejalan dengan meningkatnya harapan bahwa bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve atau The Fed) akan beralih ke kenaikan suku bunga yang kurang agresif untuk meredam risiko resesi.
Baca: Sri Mulyani Kutip IMF Soal Ekonomi Global Gelap dan Makin Pekat: Risiko yang Bisa Kita Atasi
“Menjelang pertemuan FOMC minggu depan, pasar masih mengharapkan kenaikan 75 basis poin meskipun sentimen membangun bahwa Fed akan memilih kenaikan yang lebih kecil pada bulan Desember,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis.
Data perumahan yang dirilis minggu ini soal harga rumah keluarga tunggal AS yang menunjukkan kemerosotan pada bulan Agustus juga turut memberikan sentimen ke pasar uang. Sementara penjualan rumah keluarga tunggal baru AS juga turun pada September. Hal itu membuktikan lebih banyak bukti bahwa siklu pengetatan agresif Fed telah memperlambat ekonomi.
Dari dalam negeri, prediksi Bank Indonesia (BI) soal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga tahun 2022 mencapai 5,5 persen yoy membuat kurs rupiah tak terlalu jeblok. Sebab, proyeksi bank sentral tersebut melampaui realisasi kuartal kedua sebesar 5,44 persen.
Selanjutnya: Target pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga dinilai masih kuat.
<!--more-->
“Target pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga yang dinilai masih kuat tersebut, karena melihat produksi dan konsumsi masyarakat yang masih meningkat di tengah pemulihan ekonomi,” ujar Ibrahim.
Data BI juga menunjukkan kredit perbankan tumbuh 10,62 persen yoy, mencakup kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi. Adapun sektor produksi yang juga menyumbang perekonomian tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang pada Agustus 2022 mencapai level 51,7, naik tipis dari posisi Juli yang sebesar 51,3. “Artinya, industri manufaktur di dalam negeri dalam posisi ekspansi,” kata Ibrahim.
Lebih jauh, indeks keyakinan konsumen (IKK) pada Agustus 2022 yang berada di level 124,7 atau meniingkat ketimbang indeks bulan Juli di level 123,2 turut memberi sinyal positif. Dengan indeks di atas 100, konsumen berada di zona optimistis. Dia menyebut konsumsi masyarakat terjaga meskipun pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak atau BBM pada awal September lalu.
“Apalagi pemerintah juga mengalokasikan Rp 24 triliun untuk bantuan sosial kelompok rentan demi memitigasi dampak kenaikan inflasi, sehingga bisa menopang konsumsi kelompok masyarakat kelas bawah,” ujar Ibrahim.
Dengan kondisi di atas, Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah besok akan dibuka berfluktuatif dan menguat di kisaran 15.550 - 15.590 per dolar AS pada perdagangan Jumat besok.
Baca juga: Bos Bank Mandiri Prediksi Ekonomi Kuartal III - 2022 Tumbuh 6,11 Persen
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.