Sri Mulyani: Risiko Sudah Beralih dari Pandemi ke Gejolak Ekonomi dan Keuangan

Jumat, 21 Oktober 2022 15:27 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan perkembangan dari pandemi sudah semakin terkendali. Bahkan Amerika Serikat mengatakan sudah berakhir pandeminya. Hal itu membuat risiko telah beralih dari pandemi ke kondisi ekonomi dan keuangan.

"Terutama dengan lingkungan global yang makin bergejolak," ucapnya dalam konferensi APBN Kita secara virtual pada Jumat, 21 Oktober 2022.

Ia menyebutkan harga komoditas utama dunia yang sangat mempengaruhi kesehatan ekonomi di berbagai negara masih relatif tinggi dan volatilitasnya sangat tinggi. Dimulai dari harga gas fluktuatif, lalu harga batu bara yang masih bertahan US$ 400 per metrik ton. "Meskipun kemarin sempat turun di bawah US$ 400 per metrik ton," kata dia.

Harga minyak dunia juga turun dari sebelumnya yang sempat mencapai US$ 126 per barrel. Harga crude palm oil atau CPO yang menjadi komoditas unggulan Indonesia juga turun drastis dalam satu setengah bulan terakhir. Harga kedelai juga turun meski masih bergejolak. Kemudian harga jagung yang sempat turun, sekarang merambat naik kembali.

"Poinnya, harga komoditas ini masih sangat tidak pasti," ucapnya. Naiknya harga komoditas-komoditas tersebut diakibatkan faktor-faktor geopolitik, seperti perang Ukraina dan Rusia. Situasi itu telah mengganggu sisi pasokan dan distribusi, sehingga cenderung membuat harga dari komoditas menjadi tinggi dan mudah sekali bergejolak.

Advertising
Advertising

Kenaikan harga komoditas tersebut yang memicu tingginya level inflasi di berbagai negara. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan di Inggris telah diumumkan inflasinya menembus angka 10 persen dan diprediksi tinggi dalam beberapa saat.

"Kita semua mengikuti politik di Inggris di mana mulai menteri keuangannya diganti dan perdana menterinya turun. Ini menandakan bahwa yang terjadi baik dari sisi ekonomi dan keuangan telah berimbas pada kondisi politik," ucapnya.

Inflasi Amerika Serikat pun masih tinggi di level 8,2. Sehingga, kata Sri Mulyani, makin membulatkan tekad dan determinasi Federal Reserve untuk menaikan suku bunganya. "Diperkirakan sampai akhir tahun di angka 4,5 persen," kata dia.

Kondisi ekonomi Eropa juga semakin tertekan karena harga-harga yang meningkat. Sekarang inflasi Eropa merambat di level 10, terutama di harga energi yang telah menyebabkan gejolak dan tekanan sosial.

Adapun negara-negara emerging juga mengalami kenaikan inflasi. Misalnya, Brazil yang inflasinya agak mengalami penurunan ke level 8,7. Sama halnya dengan Mexico yang level inflasinya di 8,7. Sedangkan India di level 7 dan Indonesia level 6.

Dengan inflasi yang tinggi dan harga-harga yang bergejolak, ia berujar respons kebijakan moneter juga diperlukan untuk untuk menstabilkan harga. Caranya, dengan menaikan suku bunga dan menetapkan liquiditas. Ia menilai outlook dari perkonomian global menjadi melemah seiring dengan kenaikan harga dan pengetatan kebijakan moneter. "Nah kalau ini dilakukan oleh Amerika Serikat pasti akan berdampak pada seluruh dunia," kata dia.

Baca Juga: Ancaman Resesi, Gubernur BI Yakin Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan Tembus 5,3 Persen

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

8 jam lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

8 jam lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

11 jam lalu

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Menlu Belgia Hadja Lahbib mengatakan negaranya akan mendukung resolusi yang mengakui Palestina sebagai anggota penuh PBB

Baca Selengkapnya

Sadiq Khan, Muslim Pertama yang Terpilih Jadi Wali Kota London Tiga Periode

14 jam lalu

Sadiq Khan, Muslim Pertama yang Terpilih Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Sadiq khan terpilih untuk ketiga kalinya sebagai wali kota London.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

17 jam lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Keluhkan Mayoritas Inflasi Provinsi Lampaui Angka Nasional

20 jam lalu

Mendagri Tito Keluhkan Mayoritas Inflasi Provinsi Lampaui Angka Nasional

Menteri TIto Karnavian meminta kepala daerah memerhatikan inflasi di daerahnya masing-masing.

Baca Selengkapnya

4 Nama yang Diusulkan PDIP Jadi Bakal Calon Gubernur DKI di Pilkada 2024

21 jam lalu

4 Nama yang Diusulkan PDIP Jadi Bakal Calon Gubernur DKI di Pilkada 2024

Siapa saja 4 nama yang diusulkan PDIP di Pilgub DKI?

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

1 hari lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Jelajah Lokasi Syuting Baby Reindeer dari Edinburgh hingga London

1 hari lalu

Jelajah Lokasi Syuting Baby Reindeer dari Edinburgh hingga London

Baby Reindeer tidak hanya menarik dari sisi cerita, lokasi syutingnya seolah mengajak penonton berkeliling Edinburgh hingga London

Baca Selengkapnya