Tiga Lampu Merah Resesi Global 2023, Ekonom Ingatkan Perdagangan Dunia Mulai Turun

Minggu, 2 Oktober 2022 08:10 WIB

Ilustrasi resesi. Pixabay

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menjelaskan penyebab munculnya ancaman resesi global 2023. Menurut dia, hal itu karena ada tiga jalur transmisi yang terjadi.

Pertama, kata Bhima, jalur dari pengetatan moneter, di mana negara-negara maju meningkatkan suku bunga secara agresif. “Itu bisa memicu arus modal keluar dari negara-negara berkembang,” ujar dia melalui sambungan telepon Sabtu malam, 1 Oktober 2022.

Selain itu jalur tersebut juga bisa menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Indikatornya dolar index mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sekarang angkanya di antara 112-113, itu 17 persen sejak awal tahun dolar index naik.

Jalur transmisi kedua melalui perdagangan. Berdasarkan baltic dry index, telah terjadi penurunan jumlah kontainer. Itu menunjukkan volume perdagangan sudah mulai turun atau anjlok.

Adapun pengaruh transmisi perdagangan adalah kepada permintaan komoditas, yang selama ini Indonesia bisa berbangga pertumbuhan ekonominya masih terjadi karena di-support komoditas tambang dan perkebunan. “Tapi kalau sudah mulai ada tekanan dari sisi permintaan negara maju, terus menurun gitu, maka harga komoditasnya juga turun,” katanya.

Advertising
Advertising

Bhima mencontohkan CPO yang harganya sudah kembali ke posisi Juni 2021, dan minyak mentahnya juga sudah terkoreksi. Itu bisa mempengaruhi surplus perdagangan di banyak negara juga devisa dari hasil ekspor.

Kemudian yang ketiga jalur transmisi yang paling berisiko itu adalah soal krisis pangan. Bhima menilai hal itu transmisinya tercepat kedua setelah sektor moneter atau sektor keuangan. Karena, dia berujar, pangan ini ada 30 negara lebih yang melakukan pembatasan ekspor pangan, sehingga proteksi pangan dilakukan di banyak negara.

Sementara, Bhima melanjutkan, ada masalah lain yaitu sebentar lagi masuk musim dingin, serta gandum juga masih terganggu oleh perang di Ukraina. “Ini khawatirnya akan memicu lonjakan harga pangan di banyak negara,” ucap Bhima. “Tiga transisi itulah ya (penyebabnya).”

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan negara tengah mewaspadai kenaikan suku bunga yang berpotensi menimbulkan gejolak pasar keuangan. Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral negara-negara di dunia berpotensi menimbulkan resesi global.

"Tekanan inflasi global sudah direspons berbagai negara dengan kenaikan suku bunga yang drastis dan cepat," ujar Sri Mulyani dalam paparannya saat konferensi pers APBN Kita secara daring pada Senin, 26 September 2022.

Sri Mulyani pun mencontohkan sejumlah negara yang secara agresif mengerek suku bunga untuk menahan gejolak inflasi. Inggris, misalnya, telah menaikkan suku bunga secara drastis sebanyak 150 basis poin.

Kemudian Amerika Serikat tercatat mengerek suku bunga yang lebih ekstrem mencapai 225 basis poin sejak awal 2022. Dalam empat dekade terakhir, kata Sri Mulyani, setiap kebijakan kenaikan suku bunga Amerika akan mengakibatkan krisis di berbagai belahan dunia, khususnya Amerika Latin.

"Jadi kita harus mewaspadai spill over yang akan berpotensi menimbulkan gejolak di pasar keuangan."

Selain Amerika, Bank Sentral Eropa telah melakukan normalisasi tingkat bunganya. Sejak awal 2022, Eropa mengerek suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin. Padaal pada 2020, suku bunga Eropa tercatat berada di level negatif.

Tak hanya di negara maju, kenaikan suku bunga secara agresif dilakukan oleh bank sentral negara emerging market. Brasil, misalnya, telah mengerek suku bunga sebanyak 400 basis poin. Mexico juga meningkatkan suku bunga 225 basis poin dan India 140 basis poin.

Kenaikan suku bunga ini, bendahara negara itu melanjutkan, guna merespons tekanan yang kuat dari inflasi akibat melonjaknya harga komoditas serta pemberian stimulus selama 2020-2021 untuk menahan dampak dari krisis pandemi Covid-19. "Risiko ekonomi bergeser dari pandemi sekarang menajadi risiko finansial melalui berbagai penyesuaian kebijakan dan inflasi yang tinggi," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani melanjutkan, kondisi ini akan menimbulkan dampak bagi pertumbuhan ekonomi. Bank Dunia, ucap dia, memperkirakan jika bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan bersama-sama, resesi global akan terjadi pada 2023.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Bos BRI Beberkan Dampak Resesi di Jepang dan Inggris ke Indonesia

47 hari lalu

Bos BRI Beberkan Dampak Resesi di Jepang dan Inggris ke Indonesia

Dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR hari ini, Dirut BRI Sunarso membeberkan dampak resesi di Jepang dan Inggris ke perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mengukur Imbas Resesi Jepang terhadap Ekspor Indonesia

2 Maret 2024

Mengukur Imbas Resesi Jepang terhadap Ekspor Indonesia

Jepang telah masuk ke dalam jurang resesi usai pertumbuhan ekonominya kontraksi atau minus dua kuartal berturut-turut. Bagaimana dampaknya ke perekonomian Indonesia?

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Sebut Impor Produk Jepang Bisa Lebih Murah Gara-gara Resesi

24 Februari 2024

Ekonom BCA Sebut Impor Produk Jepang Bisa Lebih Murah Gara-gara Resesi

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan resesi Jepang berdampak kepada impor maupun ekspor Indonesia ke negeri tersebut.

Baca Selengkapnya

Jepang Dilanda Resesi, Bagaimana Rencana RI Terbitkan Samurai Bond?

23 Februari 2024

Jepang Dilanda Resesi, Bagaimana Rencana RI Terbitkan Samurai Bond?

Kementerian Keuangan buka suara soal penerbitan Samurai Bond, surat utang berdenominasi yen, di tengah resesi Jepang.

Baca Selengkapnya

Jepang Masuk Resesi, Ekonom Sebut Perdagangan hingga Investasi Bisa Terdampak

22 Februari 2024

Jepang Masuk Resesi, Ekonom Sebut Perdagangan hingga Investasi Bisa Terdampak

Jepang telah masuk ke dalam jurang resesi usai pertumbuhan ekonominya kontraksi dua kuartal berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Bos BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Global Membaik Meski Jepang-Inggris Resesi

21 Februari 2024

Bos BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Global Membaik Meski Jepang-Inggris Resesi

Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi global membaik, meski Jepang dan Inggris mengalami resesi.

Baca Selengkapnya

Anatomi Penyebab Ekonomi Jepang Alami Resesi

21 Februari 2024

Anatomi Penyebab Ekonomi Jepang Alami Resesi

Faktor utama menyebabkan masalah struktural resesi Jepang termasuk demografi penuaan, alokasi transfer dari pemerintah pusat ke daerah, dan lainnya.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Resesi Negara Maju Sudah Diprediksi: Kalau Inggris dan Jepang Memang Cukup Lemah

20 Februari 2024

Sri Mulyani Sebut Resesi Negara Maju Sudah Diprediksi: Kalau Inggris dan Jepang Memang Cukup Lemah

Sri Mulyani mengatakan dirinya akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Rio de Janiero, Brazil, pekan depan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Jokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim, Daftar Sektor Terdampak Resesi Jepang

19 Februari 2024

Terkini Bisnis: Jokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim, Daftar Sektor Terdampak Resesi Jepang

Jokowi menyebut harga beras naik karena perubahan iklim. Sejumlah sektor terancam terdampak resesi Jepang.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ini Ungkap Dampak Resesi Jepang dan Inggris ke Perekonomian RI

19 Februari 2024

Ekonom Ini Ungkap Dampak Resesi Jepang dan Inggris ke Perekonomian RI

Ekonom CORE menyebut dampak dari resesi Jepang terhadap perekonomian RI lebih terasa dibanding Inggris.

Baca Selengkapnya