Bursa AS Jeblok ke Level Terburuk Sejak Maret 2020, Apa Sebabnya?

Sabtu, 1 Oktober 2022 07:13 WIB

Suasana Bursa Saham Wall Street. AP Photo

TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat atau Bursa AS jeblok pada akhir perdagangan Jumat, 30 September 2022. Anjloknya bursa saham tersebut sekaligus mengakhiri kinerja pada bulan September ini dengan penurunan bulanan terburuk sejak Maret 2020.

Data Bloomberg menunjukkan indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 1,71 persen ke level 28.725,51, sedangkan indeks S&P 500 jeblok 1,51 persen ke 3.585,62 dan Nasdaq Composite juga turun 1,51 persen ke 10.575,62.

Adapun sepanjang September 2022, pasar saham berulang kali terpukul oleh keputusan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang terus menaikkan suku bunga agar laju inflasi terkendali.

Tak hanya Dow Jones, Wall Street juga melemah selama tiga kuartal berturut-turut. Hal ini pertama kalinya terjadi sejak sejak 2009. Sementara imbal hasil obligasi Treasury AS menguat, dengan imbal hasil tenor 10 tahun mencapai 3,82 persen.

Wakil Gubernur The Fed Lael Brainard sebelumnya menyatakan perlu memantau dampak kenaikan suku bunga terhadap stabilitas pasar global.

Advertising
Advertising

Namun begitu, pasar saham terus tertekan setelah investor mencerna data konsumsi pribadi yang kuat. Data tersebut menjadi salah satu pengukur inflasi AS yang menjadi preferensi The Fed.

Sementara itu, aset berisiko terus tertekan sejak The Fed memutuskan kenaikan suku bunga acuan pekan lalu ke level 3,25 persen. Rencana kenaikan bunga lebih lanjut juga menjadi perhatian utama pasar.

Tekanan pekan ini juga terjadi di pasar Inggris setelah pemerintah mengumumkan pemotongan pajak. Hal itu disebut-sebut bakal memperburuk tekanan inflasi. Bank of England pun berusaha mengelola kekacauan yang terjadi dengan melakukan intervensi.

Investor kini menunggu data tenaga kerja pekan depan untuk petunjuk lebih lanjut tentang laju kenaikan suku bunga The Fed. Selain itu, data inflasi dan PDB juga akan memberikan gambaran detail apakah tekanan harga berkurang secara berarti.

Fokus investor juga akan tertuju pada musim laporan pendapatan yang dimulai bulan depan. Dari laporan-laporan itu dapat terlihat bagaimana perusahaan bertahan melalui berbagai hambatan, yang mencakup penguatan dolar AS, kenaikan biaya, dan penurunan permintaan.

Kekhawatiran akan resesi global masih meningkat karena ancaman tingkat suku bunga yang lebih tinggi melemahkan pertumbuhan. "Investor bersemangat dan gugup untuk menyadari bagaimana bank sentral global bersikan dovish atau hawkish karena kondisi keuangan dan suku bunga melemahkan kinerja ekonomi dan mengancam stabilitas keuangan," kata ekonom senior Interactive Brokers José Torres.

Sementara itu, ketegangan geopolitik juga terus membara setelah Vladimir Putin bersumpah bahwa pencaplokan empat wilayah Ukraina tidak dapat diubah. Di saat yang sama Presiden Joe Biden menyatakan bahwa kebocoran sistem pipa gas Nord Stream di Laut Baltik adalah tindakan yang disengaja.

BISNIS

Baca: Per Hari Ini, Harga Pertamax Turun Jadi Rp 13.900 per Liter

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

1 hari lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

2 hari lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

4 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

6 hari lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

6 hari lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

7 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

7 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

8 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya