PT Bukit Asam Ekspor Ratusan Ton Batu Bara ke Italia, Jajaki Peluang di Pasar Eropa

Selasa, 20 September 2022 14:26 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - PT Bukit Asam (Persero) Tbk menjajaki pasar Eropa untuk ekspor batu bara. Penjajakan pasar baru ini diawali dengan mengekspor ratusan ton komoditas itu ke Italia.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA Farida Thamrin mengatakan pihaknya berupaya untuk membuka peluang ekspor ke negara-negara di Eropa untuk sekaligus memanfaatkan momen kenaikan harga batu bara di pasar global.

“Bukit Asam terus meningkatkan porsi ekspor tentunya tidak mengabaikan kebutuhan dalam negeri," kata dia dalam keterangan pers di Palembang, Selasa 20 September 2022.

Menurut Farida, pasar ekspor utama perusahaan dengan kode emiten PTBA itu saat ini masih didominasi India, bahkan terjadi peningkatan hingga dua juta ton secara tahunan (year on year/yoy) di negara tersebut.

India menjadi tujuan ekspor terbesar PTBA dengan porsi mencapai 18 persen dari total penjualan.

Kemudian, negara tujuan lainnya diikuti Korea Selatan (4 persen), Thailand (3 persen), China (2 persen), dan Kamboja (2 persen).

Secara keseluruhan, Farida memaparkan, porsi penjualan ekspor batu bara meningkat dari 33 persen pada kuartal I-2022 menjadi 38 persen pada kuartal II-2022.

Peningkatan pada kuartal kedua itu menyebabkan porsi ekspor pada semester I-2022 tercatat sebesar 35 persen dari seluruh penjualan.

Average Selling Price (ASP) atau harga jual rata-rata pada kuartal II-2022 tercatat sebesar Rp1,3 juta per ton, naik 14 persen dibanding kuartal I-2022 karena peningkatan porsi penjualan ekspor.

Sementara untuk pasar dalam negeri, kata dia, perseroan tetap memenuhi suplai batu bara untuk kebutuhan domestik sebesar 65 persen.

"Dengan masih tingginya harga batu bara serta peningkatan kebutuhan dan permintaan ekspor, perusahaan optimistis dapat terus meningkatkan kinerja hingga akhir 2022," kata dia.

Per semester I-2022, PTBA membukukan laba bersih senilai Rp6,2 triliun, naik 246 persen dibanding periode serupa di tahun lalu yang senilai Rp1,8 triliun.

Pencapaian laba bersih didukung dengan pendapatan sebesar Rp18,4 triliun, meningkat 79 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Posisi cadangan kas (cash reserve) terjaga dengan baik meski ada pembayaran dividen tertinggi sebesar Rp7,9 triliun pada Juni 2022. Nett cash tercatat sebesar Rp11,1 triliun.

Pencapaian ini juga didukung kinerja operasional perusahaan yang solid di sepanjang semester I-2022. "Mengedepankan cost leadership di setiap lini perusahaan, perusahaan menerapkan efisiensi berkelanjutan secara optimal," kata Farida.

Adapun total produksi batu bara PTBA selama semester I-2022 mencapai 15,9 juta ton, meningkat 20 persen dibanding semester I-2021 yang sebesar 13,3 juta ton. Sedangkan penjualan batu bara PTBA per semester I-2022 sebanyak 14,6 juta ton, tumbuh 13 persen secara tahunan.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Dugaan Korupsi Dana Pensiun PT Bukit Asam, Kejati DKI Jakarta Kembali Tetapkan Satu Tersangka

14 menit lalu

Dugaan Korupsi Dana Pensiun PT Bukit Asam, Kejati DKI Jakarta Kembali Tetapkan Satu Tersangka

Total tersangka dugaan korupsi pengelolaan dana pensiun PT Bukit Asam yang telah ditahan oleh penyidik sebanyak enam orang.

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

2 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

2 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

2 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

2 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

2 hari lalu

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

Atase Perdagangan Kairo, M Syahran Bhakti berharap eksportir kopi Indonesia dapat memenuhi permintaan dari Mesir pada 2024 ini di atas Rp 1,5 triliun.

Baca Selengkapnya

Demi Lobster Kawan Vietnam

3 hari lalu

Demi Lobster Kawan Vietnam

Pemerintah membuka kembali keran ekspor lobster dengan syarat para pengusaha membudidayakannya di sini atau di Vietnam-tujuan utama ekspor lobster.

Baca Selengkapnya

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

3 hari lalu

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Indonesia Perlu Tingkatkan Ekspor untuk Cegah Kenaikan Harga Komoditas

4 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Indonesia Perlu Tingkatkan Ekspor untuk Cegah Kenaikan Harga Komoditas

Indonesia perlu meningkatkan volume ekspor untuk menghindari kenaikan harga komoditas akibat konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

6 hari lalu

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Baca Selengkapnya