BI Mulai Seleksi Bank dan Sistem Pembayaran untuk Distribusikan Rupiah Digital

Kamis, 25 Agustus 2022 09:41 WIB

Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, potensi inflasi yang melebihi perkiraan ini didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas global yang kemudian mempengaruhi pergerakan harga di dalam negeri. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memasuki tahap seleksi bank-bank besar maupun perusahaan sistem pembayaran yang juga berkapasitas kuat untuk mendistribusikan rupiah digital.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, tahap ini merupakan bagian dari proses BI menerbitkan mata uang digital atau central bank digital currency yang menjadi kewajiban BI merespons perkembangan teknologi digital, termasuk aset kripto.

"Kita dalam proses menyeleksi pemain besar di bank, payment sistem company, yang kita akan pilih dan dimandatkan untuk distribusikan rupiah digital kita," kata Perry di acara Konferensi Internasional Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan (BMEB) ke-16 dan Call for Papers 2022, Kamis, 25 Agustus 2022.

Perry menjelaskan, proses seleksi ini ditempuh setelah BI memilih mekanisme distribusi mata uang digital rupiah tersebut melalui sistem wholesale. Bank besar dan perusahaan payment sistem itu kemudian dimandatkan untuk mendistribusikannya ke ritel.

Proses distribusinya pun kata dia nantinya akan menggunakan Distributed Ledger Technology (DLT) - Blockchain untuk memastikan keamanan digital rupiah bagi para pemiliknya. Didukung dengan khazanah rupiah digital seperti ruang khazanah sebagai tempat penyimpanan rupiah saat ini.

Advertising
Advertising

"Khazanah digital rupiah bentuknya tapi tidak dalam bentuk fisik sebuah gedung, tapi dalam sebuah platform digital. Seperti yang kita lakukan di uang kertas atau uang kartu tapi ini bentuk digital. Kita mengembagkan digital rupiah form, khazanah digital rupiah, kita dalam proses itu," kata Perry.

Keberadaan rupiah digital ini kata Perry adalah sebuah kewajiban untuk menegakkan mandat bank sentral sebagai satu-satunya penerbit mata uang pada suatu negara. Mata uang berfungsi sebagai sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan sebagai penyimpan nilai.

"Kenapa kita harus mengeluarkan CBDC (Central Bank Digital Currency) dan digital rupiah karena currency merupakan salah satu pilar kedaulatan negara. tidak ada negara di dunia yang tidak memiliki kedaulatan mata uangnya. Tidak ada ceritanya mata uang dikeluarkan oleh sektor private," ucapnya.

Pada Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Ministers & Central Bank Governors' Meeting/FMCBG) ketiga pada rangkaian Presidensi G20 Indonesia, negara anggota G20 melakukan pembahasan terkait persiapan serta implementasi CBDC serta berbagi perspektif terkait mata uang digital.

Selain itu, dilakukan pendalaman dalam pemahaman implikasi keuangan makro atas implementasi CBDC sehingga dapat memperkuat landasan penerapan CBDC ke depannya.

Bank Indonesia juga bersiap mengeluarkan White Paper pengembangan CBDC di akhir 2022. White Paper pengembangan digital rupiah berisi laporan mengenai latar belakang dan rencana pengembangan CBDC.

Penerbitan White Paper ini merupakan sebuah bentuk komunikasi kepada publik terkait rencana pengembangan digital rupiah serta untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

56 menit lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Indonesia Usul Pemotongan Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 dengan Korea Selatan

1 hari lalu

Indonesia Usul Pemotongan Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 dengan Korea Selatan

Indonesia mengusulkan pengurangan pembayaran untuk proyek pengembangan jet tempur bersama dengan Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

4 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

4 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

5 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

7 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

8 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

8 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

8 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

9 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya