Bank Indonesia Ingin Sektor Produktif Diperkuat agar Inflasi Pangan Terkendali

Minggu, 14 Agustus 2022 21:47 WIB

Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Peningkatan tingkat inflasi ini terutama didorong oleh peningkatan baik harga energi dan harga pangan. Yang kemudian ditransmisikan dalam peningkatan komponen volatile food dan administered price. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Timur menilai pemerintah perlu memperkuat sektor produksi seperti sektor pertanian untuk mengendalikan inflasi pangan agar tidak berpengaruh pada stagflasi.

“Kita ingin agar, sektor produktif kita, kayak di NTT sektor pertanian ini didorong. Kalau yang kontribusinya besar perlu kita dorong,” kata Kepala BI wilayah perwakilan NTT I Nyoman Ariawan Atmaja di Kupang, Minggu 14 Agustus 2022.

Hal ini disampaikannya ketika dimintai keterangan soal pandangan BI NTT terhadap Indonesia, di saat usianya yang sebentar lagi akan memasuki usia ke 77 tahun dengan melihat potensi-potensi pengembangan ekonomi agar Indonesia tetap menjadi negara yang kuat.

Ia menjelaskan kini pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan 2 mencapai 5,44 persen. Tentunya ujar dia angka tersebut jauh di atas rata-rata negara Asean.

“Bahkan jika dibandingkan dengan dunia, Indonesia berada di rangking empat atau lima pertumbuhan ekonomi yang sangat baik,” ujar dia.

Artinya bahwa dengan tema HUT RI ke-77 “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat” menandakan Indonesia merupakan negara yang bisa bisa pulih kembali ekonominya setelah adanya pandemi COVID-19.

Di samping itu juga pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan akan terus melonjak dengan adanya pemulihan sejumlah sektor-sektor pendukung perekonomian seperti Pariwisata, Pertanian dan sektor lainnya.

Namun ia mengakui bahwa kini muncul adanya ancaman ekonomi berupa Stagflasi dimana keadaan inflasi sangat tinggi dan berkepanjangan, yang bisa ditandai dengan macetnya kegiatan perekonomian.

“Oleh karena itu seperti yang saya sampaikan diawal tadi, kini Bank Indonesia bersama pemerintah tengah melakukan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan, karena kita yang bisa kita kendalikan adalah pangan,” ujar dia.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya (Golkar) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena mengajak masyarakat untuk tetap mempertahankan semangat gotong royong karena menjadi kekuatan bersama dalam mengatasi kemiskinan.

"Semangat gotong royong yang dimiliki masyarakat merupakan satu kekuatan yang pada masyarakat untuk mengatasi berbagai persoalan seperti masalah kemiskinan yang masih terjadi di desa-desa di NTT," katanya saat dihubungi dari Kupang.

Dia mengatakan semangat gotong royong tidak hanya dimiliki oleh masyarakat NTT tetapi juga seluruh Indonesia harus menjadi kekuatan bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi persoalan kemiskinan dengan cepat.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

3 jam lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

10 jam lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

21 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

22 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

1 hari lalu

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

1 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

2 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya