Tekanan Inflasi Akibat Tiket Pesawat hingga BBM Diprediksi Bikin BI Naikkan Suku Bunga

Minggu, 7 Agustus 2022 16:46 WIB

Sejumlah penumpang pesawat berjalan sambil membawa barangnya setibanya di Terminal 2 Domestik Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu 7 Mei 2022. PT Angkasa Pura II mencatat pada H+4 lebaran sebanyak 79.763 penumpang tiba di Bandara Soekarno Hatta dengan 464 pergerakan pesawat. ANTARA FOTO/Fauzan

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memperkirakan Bank Indonesia (BI) bakal menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat untuk mengimbangi laju inflasi yang terus naik.

"Tidak ada lagi stand poin bank sentral mempertahankan suku bunga acuannya karena inflasi inti angkanya sudah mendekati 3 persen dan ini akan menahan laju pertumbuhan ekonomi terutama kuartal III dan IV," kata Tauhid saat konferensi pers secara daring, Ahad, 7 Agustus 2022.

Tauhid menjelaskan, kebijakan bank sentral diambil lantaran inflasi inti yang juga terus menerus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi tersebut menyebabkan ruang bank sentral mempertahankan suku bunga acuan semakin kecil. Jika suku bunga acuan terus dibiarkan diposisi sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia kian tergerus.

Pada awal bulan Agustus, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi di Indonesia secara tahunan bertengger di posisi 4,94 persen atau naik dari posisi bulan sebelumnya sebesar 4,35 persen. Di tengah kenaikan angka inflasi, inflasi inti pun tumbuh menjadi 2,86 persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi inti pada Juni 2022 yang sebesar 2,63 persen.

Adapun inflasi kelompok bahan pangan bergejolak 11,47 persen dan inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah 6,51 persen. Kenaikan inflasi untuk komponen harga pangan bergejolak atau volatile food, menurut Tauhid, akan terus terjadi.

Advertising
Advertising

Kenaikan itu utamanya disebabkan oleh tingginya harga-harga cabai merah kriting, bawang merah, serta telur dan daging ayam yang masih dipicu kondisi cuaca atau iklim. "Akan menjadi satu problem yang cukup serius karena disebabkan cuaca dan iklim. Namun kita tidak melihat kemampuan pemerintah mengatasi persoalan tersebut bertahun-tahun dan tidak ada terobosan massal," ucap Tauhid.

Pada saat yang sama, komponen administered price, pun bakal terus mengalami kenaikan inflasi, terutama ditopang oleh naiknya harga rokok, tiket pesawat, hingga bahan bakar minyak (BBM). Untuk rokok, dia mengatakan pemerintah telah menaikan tarif cukai menjadi sektiar 12 persen dan kretek 4,5 persen sehingga tiap bulan industri harus terus menyesuaikan.

Adapun untuk tiket pesawat, kata dia, kelompok ini masih akan menjadi salah satu komponen utama pendorong inflasi karena tarif avtur sebagai bahan bakar pesawat terus melambung akibat tngginya harga minyak dunia. Di sisi lain, dia menganggap saat ini tidak ada lagi persaingan industri di sektor penerbangan.

"Tidak ada lagi persaingan tiket pesawat antar-maskapai karena ada dominasi maskapai penerbangan, dan maskapai umumnya mengalami kerugian selama 2 tahun sehingga sampai saat ini berlaku harga tiket pesawat masih relatif tinggi," kata Tauhid.

Sementara itu, untuk harga BBM, dia berujar, ada pengaruh harga energi dunia yang terus terkerek akibat adanya gangguan dari sisi pasokan karena dampak perang Ukraina dan Russia. Ruang fiskal pemerintah untuk mengendalikan BBM subsidi, kata dia, semakin menyempit.

"Memang tampaknya anggaran pemerintah tidak mungkin bisa mensubsidi begitu besar ya dan ini berimplikasi sampai akhir tahun inflasi tinggi akan menjadi momok yang cukup berat bagi ekonomi kita," ujar Tauhid.

Baca juga: Gara-gara Avtur, Maskapai Diizinkan Naikkan Harga Tiket Pesawat hingga 15 Persen

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

29 menit lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

2 jam lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

2 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

2 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

3 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

3 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

3 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya