Harga Minyak Dunia Naik jadi USD 105,15 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

Selasa, 26 Juli 2022 07:00 WIB

AP/Hasan Jamali

TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia naik pada akhir perdagangan Senin atau Selasa pagi WIB. Kenaikan harga komoditas itu dipicu oleh kekhawatiran pasokan, penurunan dolar AS atau greenback dan kekuatan awal di pasar ekuitas. Sebelumnya harga minyak berfluktuasi karena ada kekhawatiran permintaan bahan bakar bakal melemah jika bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga AS terlalu agresif.

Harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman September, misalnya, ditutup menguat US$ 1,95 atau 1,9 persen menjadi US$ 105,15 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September naik US$ 2 atau 2,1 persen menjadi US$ 96,7 per barel.

"Dolar AS yang sedikit lebih lemah dan pasar ekuitas yang membaik mendukung naiknya harga minyak dunia," kata analis minyak UBS Giovanni Staunovo, Selasa, 26 Juli 2022.

Harga minyak berjangka telah bergejolak dalam beberapa pekan terakhir di antaranya tertekan oleh kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga dapat memperlambat aktivitas ekonomi dan permintaan bahan bakar. Selain itu, pasokan minyak terbilang ketat, terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi Barat terhadap Moskow.

Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial Dennis Kissler menyatakan perekonomian AS dan Eropa bakal melambat. "Dan dengan Federal Reserve akan menaikkan suku bunga lagi minggu ini, para pedagang tetap sangat berhati-hati," ucapnya.

Advertising
Advertising

Sebelumnya, pejabat The Fed telah mengindikasikan bank sentral AS kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli 2022. Sedangkan Cina, ekonomi terbesar kedua di dunia, nyaris tidak terkontraksi pada kuartal kedua, dan tumbuh hanya 0,4 persen tahun-ke-tahun.

Dari segi pasokan, Perusahaan Minyak Nasional Libya (NOC) mengatakan pihaknya bertujuan untuk mengembalikan produksi menjadi 1,2 juta barel per hari (bph) dalam dua minggu, dari sekitar 860.000 barel per hari. Tapi para analis memperkirakan produksi Libya akan tetap bergejolak karena ketegangan tetap tinggi setelah bentrokan antara faksi-faksi politik yang bersaing selama akhir pekan.

Kepala Strategi Komoditas di ING, Warren Patterson, menyatakan, harga didorong oleh ekspektasi bahwa pasokan minyak Rusia akan turun lebih rendah dalam beberapa bulan ke depan. "Karena rencana yang diharapkan secara luas untuk pembatasan harga minyak Rusia mungkin memiliki efek sebaliknya pada harga minyak daripada yang diharapkan," ucapnya.

Adapun Uni Eropa mengatakan pekan lalu akan mengizinkan perusahaan milik negara Rusia untuk mengirimkan minyak ke negara ketiga di bawah penyesuaian sanksi yang disepakati oleh negara-negara anggota pekan lalu yang bertujuan membatasi risiko keamanan energi global. Sedangkan sebelumnya, pada Jumat pekan lalu, Gubernur Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina mengatakan Rusia tidak akan memasok minyak ke negara-negara yang memberlakukan batasan harga minyak.

ANTARA

Baca: Investor Cina Bangun Smelter Nikel Senilai Rp 6 Triliun di KEK Tanah Bumbu

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Gubernur BI: Kami Upayakan Nilai Tukar Rupiah Turun di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

2 jam lalu

Gubernur BI: Kami Upayakan Nilai Tukar Rupiah Turun di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

BI optimistis rupiah akan terus menguat sesuai fundamental.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

1 hari lalu

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

Bank CIMB Niaga bekerja sama dengan Principal Indonesia untuk meluncurkan Reksa Dana Syariah Principal Islamic ASEAN Equity Syariah.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

2 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

2 hari lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

4 hari lalu

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

Cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

4 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

5 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

5 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya