Perbedaan Resesi dan Depresi Ekonomi

Minggu, 17 Juli 2022 14:34 WIB

Siap-siap Resesi, Sri Mulyani Prediksi Ekonomi Kuartal III Kembali Terkontraksi.

TEMPO.CO, Jakarta - Survei Bloomberg menunjukkan Indonesia menduduki peringkat 14 dari 15 negara di Asia yang kemungkinan mengalami resesi ekonomi, dilansir Antara. Sri Mulyani menjelaskan kebijakan fiskal, moneter, sektor keuangan, hingga regulasi lain akan digunakan untuk mengawasi kemungkinan resesi.

Menurut survei itu kemungkinan Indonesia mengalami resesi ekonomi sebesar tiga persen. Sedangkan negara yang menempati posisi pertama, yakni Sri Langka dengan kecenderungan resesi 85 persen.

Apa itu resesi?

Pada 1974, ekonom Julius Shiskin mengemukakan beberapa aturan praktis untuk mendefinisikan resesi. Adapun pandangannya yang paling populer bahwa resesi merupakan penurunan produk domestik bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut.

Menurut Shiskin, ekonomi yang sehat berkembang seiring waktu, sehingga dua kuartal berturut-turut dari output yang berkontraksi menunjukkan ada masalah mendasar yang serius. Definisi resesi ini menjadi standar umum selama bertahun-tahun.

Merujuk National Bureau of Economic Research (NBER), resesi sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian. Itu berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam PDB riil, pendapatan, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir eceran. Ini dinilai fleksibel daripada aturan Shiskin untuk mendefinisikan resesi.

Penyebab resesi

Advertising
Advertising

Selama resesi, ekonomi berjuang, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat penjualan lebih sedikit. Adapun output ekonomi negara secara keseluruhan menurun. Titik di mana ekonomi secara resmi jatuh ke dalam resesi tergantung berbagai faktor, salah satunya guncangan tiba-tiba.

Guncangan ekonomi ini masalah kejutan yang menimbulkan kerugian finansial secara serius. Pada 1970-an, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) memotong pasokan minyak ke Amerika Serikat tanpa peringatan. Ini menyebabkan resesi, dan antrean tak berujung di pompa bensin. Sedangkan pandemi virus corona (Covid-19), yang mematikan perekonomian di seluruh dunia, itu contoh terbaru dari kejutan ekonomi yang tiba-tiba.

Perbedaan resesi dan depresi ekonomi

Mengutip laman Reserve Bank of Australia, depresi dianggap sebagai versi resesi yang jauh lebih besar dari segi skala dan durasi. Akibatnya, dalam depresi ada periode penurunan keluaran (output) dan tingkat pengangguran yang tinggi bertahan selama beberapa tahun.

Skala dan durasi depresi berarti seringkali ada hasil ekonomi negatif yang dialami di banyak negara seluruh dunia. Beberapa definisi depresi menyebut itu merupakan resesi parah yang terjadi di satu atau lebih ekonomi.

Baca: 6 Penyebab Resesi Ekonomi, Bagaimana dengan Indonesia?

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

5 jam lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

1 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

4 hari lalu

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

Penyaluran pendanaan AdaKami pada Januari-April 2024 mencapai Rp 4,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

9 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

9 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Najeela Shihab Sayangkan Literasi Keuangan Anak Masih Rendah, Tapi Akses Keuangan Sudah Tinggi

9 hari lalu

Najeela Shihab Sayangkan Literasi Keuangan Anak Masih Rendah, Tapi Akses Keuangan Sudah Tinggi

Najeela Shihab menilai kualitas hubungan dalam keluarga sangatlah menentukan kemampuan seseorang untuk punya literasi keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

10 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

11 hari lalu

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen meningkatkan edukasi literasi keuangan untuk perempuan.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

11 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya