Pertemuan Sherpa G20 Bahas Keanekaragaman Hayati dan Sampah Laut

Rabu, 13 Juli 2022 16:19 WIB

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim selaku co-Chair CSWG Laksmi Dhewanthi (kiri) bersama Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) sekaligus co-Chair EDM Sigit Reliantoro (kanan) memberikan keterangan pers usai pembahasan soal isu lingkungan pada Pertemuan Kedua Sherpa Meeting di Labuan Bajo, NTT, 11 Juli 2022. TEMPO/Aisha Shaidra

TEMPO.CO, Jakarta - Selain melanjutkan pembahasan isu degradasi lahan, agenda pertemuan Sherpa G20 dalam Presidensi Indonesia tahun ini turut membahas soal keanekaragamana hayati.

"Dalam hal ini, Indonesia mendukung pembahasan untuk mempersiapkan kerangka kerja sama pasca-biodiversity 2020," tutur Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sigit Reliantoro di Labuan Bajo, Senin, 11 Juli 2022.

Menurut dia, pembahasan tersebut dilakukan untuk melanjutkan kerangka kerja yang pada 2020 sudah selesai. Dengan demikian, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menegosiasikan pembuatan kerangka kerja baru periode 2030-2050.

Pembahasan mengenai isu keanekaragaman hayati, menurut Sigit, didukung penuh oleh semua delegasi. Rata-rata delegasi mendorong agar pelaksanaannya bisa dikebut. Sebab sebelumnya, hingga 2022, persoalan ini belum cepat dilaksanakan.

Dalam Presidensi G20 di Naples, Italia, tahun lalu, para menteri lingkungan negara-negara G20 sudah berkomitmen melanjutkan dan meningkatkan upaya mengatasi tantangan perubahan iklim. Selain itu, mengantisipasi hilangnya keanekaragaman hayati dan polusi yang saling terkait, serta degradasi dan fragmentasi hilangnya habitat, spesies asing invasif, degradasi dan penggurunan tanah (desertifikasi), penurunan kesehatan laut dan laut, dan penggunaan air tawar dan sumber daya alam lainnya yang tidak berkelanjutan.

Advertising
Advertising

Selain isu keanekaragaman hayati ini, kelompok kerja membahas soal sampah laut. Tujuan utamanya untuk mempersiapkan kerangka yang bisa mengikat secara hukum, yang berkaitah dengan pengurangan penggunaan plastik.

Kerangka kerja soal sampah plastik, menurut Sigit, sudah disiapkan sejak Presiden G20 di Jepang. Jadi, hal ini bisa bantu mempercepat persiapan legally binding plastik.

Presidensi G20 di Jepang pada 2019 sempat mengkaji soal langkah-langkah mengatasi sampah laut, khususnya sampah plastik laut dan mikroplastik. Pertemuan itu menghasilkan komitmen para pemimpin negara untuk segera mengambil tindakan nasional yang tepat untuk pencegahan dan pengurangan yang signifikan dari pembuangan sampah plastik dan mikroplastik ke lautan.

AISHA SHAIDRA (LABUAN BAJO)

Baca juga: Sri Mulyani Bahas Krisis Pangan dengan Cina

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Pasar Kuliner Labuan Bajo Menjadi Zona Halal

9 jam lalu

Pasar Kuliner Labuan Bajo Menjadi Zona Halal

LPPOM MUI memasang plang sertifikasi halal di kawasan Pasar Kuliner Labuan Bajo.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

1 hari lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Vietnam Buka Tur di Tengah Hutan Malam Hari, Apa Saja yang Bisa Dinikmati?

2 hari lalu

Vietnam Buka Tur di Tengah Hutan Malam Hari, Apa Saja yang Bisa Dinikmati?

Cuc Phuong di Veitnam merupakan taman nasional tertua dan terbesar di Vietnam, banyak hal yang ditawarkan kepada wisatawan.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

6 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

9 hari lalu

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) himpun 11.137 data keanekaragaman hayati Indonesia dengan dukungan mahasiswa dari 104 kampus.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bicara Transisi Energi: Butuh Investasi Sangat Besar

18 hari lalu

Sri Mulyani Bicara Transisi Energi: Butuh Investasi Sangat Besar

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, investasi untuk mewujudkan transisi energi sangatlah besar.

Baca Selengkapnya

Rekomendasi 5 Destinasi Wisata Unggul di Labuan Bajo dan Pulau Komodo NTT

31 hari lalu

Rekomendasi 5 Destinasi Wisata Unggul di Labuan Bajo dan Pulau Komodo NTT

Mengenal destinasi wisata di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, NTT. Berikut 5 rekomendasinya, antara lain Pink Beach dan Pulau Padar.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Kapal Wisata Tenggelam di Kitaran Labuan Bajo, Terbaru Kapal Wisata White Pearl Karam

32 hari lalu

Peristiwa Kapal Wisata Tenggelam di Kitaran Labuan Bajo, Terbaru Kapal Wisata White Pearl Karam

Deretan peristiwa kapal wisata tenggelam di kitaran Labuan Bajo. Terbaru kapal wisata White Pearl, pada Jumat, 5 April 2024.

Baca Selengkapnya

Kapal Wisata Tenggelam di Pulau Kanawa Labuan Bajo, Ini Profil Destinasi Wisata Bulan Madu di NTT

32 hari lalu

Kapal Wisata Tenggelam di Pulau Kanawa Labuan Bajo, Ini Profil Destinasi Wisata Bulan Madu di NTT

Kapal wisata White Pearl tenggelam di sekitar Pulau Kanawa, Labuan Bajo, NTT, pada Jumat, 5 April 2024. Berikut profil Pulau Kanawa

Baca Selengkapnya

Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

41 hari lalu

Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

Greenpeace menyatakan pembangunan IKN Nusantara mengancam kelestarian 3 satwa yang sudah kritis, yaitu orang utan, bekantan, dan pesut mahakam.

Baca Selengkapnya