20 Juta Orang Rentan Kemiskinan Ekstrem, C20 Desak Pemimpin G20 Ambil Tindakan Nyata

Jumat, 1 Juli 2022 06:19 WIB

Ilustrasi G20. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Civil 20 (C20) mendesak agar para pemimpin G20 mendengarkan dan mengambil tindakan nyata terhadap isu-isu yang secara langsung berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat dalam agenda mereka. C20 memaparkan pandemi telah mendorong sedikitnya 20 juta orang masuk ke kondisi rentan kemiskinan ekstrem.

Jumlah ini di luar dari 82,4 juta orang yang harus mengungsi secara paksa dan 161 juta orang yang menderita kekurangan pangan akut.

“Kita perlu mempertanyakan apakah G20 telah mendengar suara rakyat dalam mengatasi krisis multidimensi di seluruh dunia,” kata Koordinator WG Anti-Korupsi C20 Dadang Trisasongko dalam keterangan tertulis, 30 Juni 2022.

Ia mengatakan tindakan business as usual tidak lagi efektif dalam menghadapi tantangan peningkatan risiko sistemik global. Keterkaitan antara krisis kesehatan dan ekonomi, konflik sosial, kerusakan lingkungan, serta perubahan iklim menghambat realisasi pembangunan global. Selain itu, memperparah kesenjangan akses sumber daya dan ketimpangan antar-negara dalam menghadapi pemulihan pasca-pandemi.

C20, yang melibatkan lebih dari 800 perwakilan dan jaringan masyarakat sipil dari berbagai negara di luar anggota G20, menyerukan para pemimpin G20 untuk menegaskan kembali komitmen mereka tidak meninggalkan siapa pun selama masa transisi pasca-pandemi yang telah berdampak sangat serius pada masyarakat di seluruh dunia. Khususnya, masyarakat negara miskin dan negara berkembang.

Advertising
Advertising

Dadang mengatakan kepresidenan G20 Indonesia harus mewakili negara-negara berkembang dan kekuatan global selatan serta menyampaikan agenda yang berdampak erat pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Proses pembuatan kebijakan G20 seharusnya bisa lebih transparan.

“Saat ini, implementasi komitmen tetap menjadi tantangan dan isu-isu prioritas terus didiskusikan tanpa masukan yang cukup dari kelompok-kelompok yang paling terpengaruh oleh hasil kebijakan yang direkomendasikan,” katanya.

Pandemi menyebabkan kemunduran bagi kelompok rentan karena 1,6 miliar pelajar dan 73 persen pemuda berusia 18-29 tahun terkena imbas. Mereka terdampak dalam mengakses pendidikan, pelatihan, dan pekerjaan berkualitas di 112 negara.

Perhatian khusus perlu diberikan pula kepada anak perempuan, siswa penyandang disabilitas, mereka yang berada di daerah bencana yang menghadapi bahaya ganda, dan anak-anak/remaja terpinggirkan lainnya. Selain itu, sektor pendidikan masih menghadapi kesenjangan digital.

Peserta didik yang tidak memiliki akses memadai masih tertinggal dan belum mendapatkan solusi yang tepat. Ketika kualitas pendidikan memburuk, dan proses digitalisasi telah mempercepat transformasi pasar kerja, kaum muda sulit beradaptasi dengan masa depan pekerjaan, sehingga menciptakan 'kesenjangan keterampilan'.

“Kami menyerukan kepada negara-negara G20 untuk mencocokkan retorika mereka dengan tindakan, serta memenuhi janji mereka sebagai pemimpin. Dunia telah menunggu terlalu lama untuk kepemimpinan ini," ucap Dadang Trisasongko.

Sementara itu, Ketua C20 Sugeng Bahagijo mengatakan Presidensi G20 Indonesia harus mampu menyelesaikan masalah sosial, ekonomi, kesehatan, lingkungan, kemanusiaan, dan pendidikan. Caranya melalui pembangunan dan pembiayaan kemanusiaan yang memadai dan berkualitas.

“Sama pentingnya, tidak boleh ada penundaan dalam mengakhiri korupsi, kesetaraan gender, mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), keadilan pajak, serta penyelesaian utang di negara kecil, dan berkembang. Banyak orang di low & middle-income countries (LMICs) mengandalkan kepemimpinan G20," kata Sugeng Bahagijo.

Adapun Koordinator Sub-Working Group Civic Space C20 Gita Damayana mengatakan dunia saat ini tengah menghadapi kemunduran demokrasi. Presidensi G20, katanya, mesti memberikan perhatian serius terhadap isu ruang sipil. C20 menarik perhatian pada fenomena ruang sipil yang terus menyusut secara global yang mempengaruhi kebebasan sipil di semua negara.

“Di antara anggota G20, hanya dua negara yang memiliki ruang sipil terbuka. Sedangkan sisanya, yang mewakili lebih dari setengah populasi dunia, menyempit, terhalang, tertindas, atau tertutup,” kata Gita Damayana.

Melihat berbagai masalah nyata yang dihadapi masyarakat saat ini, C20 meminta para Pemimpin G20 untuk memberikan perhatian yang lebih besar dan mengambil tindakan nyata untuk mengatasi masalah sehari-hari di akar rumput. C20 pun meminta keterbukaan para pemimpin dengan melibatkan masyarakat sipil dalam setiap proses G20.

Baca juga: Pertemuan C20 di Bali Dimulai, Bahas Isu Pajak Global hingga Transisi Energi

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

21 jam lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

7 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

10 hari lalu

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

12 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bicara Transisi Energi: Butuh Investasi Sangat Besar

13 hari lalu

Sri Mulyani Bicara Transisi Energi: Butuh Investasi Sangat Besar

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, investasi untuk mewujudkan transisi energi sangatlah besar.

Baca Selengkapnya

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

14 hari lalu

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Tony Blair dan Prabowo Subianto berdiskusi membahas isu-isu global dan strategi untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju

Baca Selengkapnya

Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

29 hari lalu

Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

Muhadjir Effendy menyebut program perlinsos ditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya

Muhadjir Effendy Sebut Bansos Penting untuk Dorong Daya Beli Masyarakat Miskin

29 hari lalu

Muhadjir Effendy Sebut Bansos Penting untuk Dorong Daya Beli Masyarakat Miskin

Tak hanya Muhadjir, tiga menteri lain juga turut memberikan keterangan terkait bansos di sidang sengketa pilpres hari ini.

Baca Selengkapnya

Restrukturisasi Kredit Covid-19 Resmi Berakhir, BRI Optimistis Tak Berdampak Signifikan pada Kinerja

32 hari lalu

Restrukturisasi Kredit Covid-19 Resmi Berakhir, BRI Optimistis Tak Berdampak Signifikan pada Kinerja

BRI tetap optimistis atas keputusan OJK untuk menghentikan stimulus restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.

Baca Selengkapnya