Persaingan Ketat, Startup Hadapi Musim Paceklik?

Kamis, 26 Mei 2022 16:25 WIB

Ilustrasi Start-up. Pixabay/Firmbee

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan rintisan atau startup menghadapi situasi sulit akibat persaingan yang semakin ketat. Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan banyak startup gugur karena tak kuasa menghadapi derasnya kompetisi di tengah ketidak-pastian kondisi perekonomian global dan pagebluk Covid-19.

Startup, selain yang tumbuh karena pandemi, juga banyak bergugur karena pandemi dan juga karena persaingan yang ketat,” ujar Heru saat dihubungi pada Rabu malam, 25 Mei 2022.

Heru menjelaskan, perusahaan rintisan berbasis layanan yang sudah melewati fase pertumbuhannya, seperti e-commerce, pembayaran digital, travel dan edukasi, kini makin sukar mendapatkan pendanaan dari modal ventura. Sebab umumnya, investor mulai melirik startup yang mengusung kecerdasan buatan, big data analytuc, internet of things, dan metaverse.

Dalam kondisi seperti ini, Heru mengatakan startup mesti mengubah strategi dan keluar dari cara “bakar uang” untuk meraih pasar. Perusahaan, kata dia, juga perlu melakukan efisiensi dan menghimpun pendanaan melalui initial public offering (IPO) di bursa bila jumlah penggunanya sudah besar.

Di sisi lain, start up dapat melakukan konsolidasi dengan pemain lain. “Atau ya terpaksa gugur,” kata Heru. Heru tak memungkiri pada masa ini banyak startup yang telah membukukan keuntungan konsisten. Namun, perusahaan menghadapi beban berat untuk mengembalikan pendanaan investor.

Advertising
Advertising

Dia mencontohkan GoTo group dan Bukalapak. Kedua perusahaan digital ini, meski sudah kuat, masih berjuang untuk mempertahankan bisnis yang berkelanjutan. Heru mengatakan dengan persaingan yang ketat, nantinya hanya akan ada segelintir pemain di masing-masing sektor atau layanan yang bertahan.

“Seperti transportasi online ya Gojek dan Grab, pembayaran digital ya Gopay, Ovo yang lagi merangsek pasar Shopeepay, begitu juga e-commerce. Pemain baru di bidang yang sama akan berat kecuali keuangnnya kuat atau ada solusi layanan baru yang berbeda,” ucap Heru.

Baru-baru ini startup yang bergerak di bidang pendidikan, Zenius, mengumumkan PHK terhadap tenaga kerjanya yang berjumlah 200 orang. Pekerja yang tereliminasi itu mayoritas bekerja sebagai tim produksi dan tim konten.

Tak hanya Zenius, LinkAja pun melakukan PHK terhadap puluhan pekerjanya. Perusahaan dompet digital di bawah naungan badan usaha milik negara (BUMN) itu merampingkan karyawan untuk bagian teknologi informasi—menurut informasi yang dihimpun Tempo.

FRANCISCA CHRISTY | CAESAR AKBAR

Baca: Alasan Luhut Lapor ke Jokowi Soal Perusahaan Sawit Berkantor di Luar Negeri

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

8 hari lalu

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

Startup MYCL memproduksi biomaterial berbahan jamur ramah lingkungan yang sudah menembus pasar Singapura dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Otorita Bakal Bangun Nusantara Knowledge di IKN

8 hari lalu

Otorita Bakal Bangun Nusantara Knowledge di IKN

Otorita IKN mencanangkan pembangunan pusat riset dan kampus startup bernama Nusantara Knowledge Hub atau K-Hub.

Baca Selengkapnya

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

8 hari lalu

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

Pakar Komunikasi Digital bagikan tips agar masyarakat tidak tertipu oleh konten rekayasa teknologi artificial intelligence (AI) saat belanja online

Baca Selengkapnya

Ketua MPR Terima Aspirasi APLI tentang Direct Selling di Lokapasar

9 hari lalu

Ketua MPR Terima Aspirasi APLI tentang Direct Selling di Lokapasar

Bamsoet berpendapat keberpihakan terhadap pelaku industri direct selling sangat penting. Ekosistem ini mampu membuka lapangan lebih dari delapan juta tenaga kerja sebagai distributor.

Baca Selengkapnya

Alasan Tokopedia Naikkan Biaya Layanan Merchant: Lebih Banyak Campaign untuk Jangkau Konsumen

10 hari lalu

Alasan Tokopedia Naikkan Biaya Layanan Merchant: Lebih Banyak Campaign untuk Jangkau Konsumen

Platform e-commerce Tokopedia membeberkan alasan menaikkan biaya layanan merchant pada 1 Mei 2024 mendatang

Baca Selengkapnya

Kelola Limbah, Startup asal Bandung dan Bekasi Mendapat Dana di Philanthropy Asia Summit

12 hari lalu

Kelola Limbah, Startup asal Bandung dan Bekasi Mendapat Dana di Philanthropy Asia Summit

Dua startup asal Indonesia, MYCL dan Sampangan, mendapat pendanaan dari Philanthropy Asia Summit 2024 karena sukses mengelola limbah.

Baca Selengkapnya

Malaysia Luncurkan Peta Jalan Menuju Ekosistem Startup Terbaik pada KTT KL20, Gelontorkan Miliaran Dolar

13 hari lalu

Malaysia Luncurkan Peta Jalan Menuju Ekosistem Startup Terbaik pada KTT KL20, Gelontorkan Miliaran Dolar

Lebih dari 25 investor dan perusahaan besar berkomitmen untuk menggelontorkan miliaran dolar ke dalam ekosistem startup Malaysia.

Baca Selengkapnya

Cara Daftar Shopee Video Top Creator untuk Pemula yang Mudah

17 hari lalu

Cara Daftar Shopee Video Top Creator untuk Pemula yang Mudah

Sebagai pengguna Shopee, Anda bisa mendaftar Shopee Video Top Kreator dengan cara berikut ini. Ketahui juga beberapa persyaratannya berikut.

Baca Selengkapnya

Soal Dugaan Monopoli Data Lokal di Balik Kongsi TikTok dan GOTO, Ini Respons Bos Tokopedia

32 hari lalu

Soal Dugaan Monopoli Data Lokal di Balik Kongsi TikTok dan GOTO, Ini Respons Bos Tokopedia

Setelah menonaktifkan personalisasi data, laman belanja di TikTok itu akan menampilkan produk-produk sesuai algoritma umum.

Baca Selengkapnya

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

32 hari lalu

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

Tokopedia menyatakan bersedia bekerja sama dan membantu penerapan aturan.

Baca Selengkapnya