IHSG Berpeluang Terkoreksi Seusai Libur Lebaran, Saatnya Aksi Beli?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Francisca Christy Rosana
Senin, 9 Mei 2022 07:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada pembukaan perdagangan Senin, 9 Mei 2022, berpeluang tertekan seusai libur panjang Lebaran 1443 Hijriah. Bursa berpotensi memasuki fase konsolidasi jangka pendek.
“Kemungkinan besok (Senin) akan mengalami penurunan. Kalau misalnya turun lebih dalam dari 7.150, ada kemungkinan besar IHSG akan menuju ke 7.080, jadi tekanannya cukup lumayan," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus seperti dikutip bisnis, Ahad, 8 Mei.
Meski begitu, koreksi tersebut dianggap bisa menjadi pertanda untuk melakukan aksi beli. Nico mengatakan IHSG telah bergerak menguat sebelum akhirnya memasuki fase konsolidasi.
Adapun tekanan terhadap IHSG akan datang dari eksternal dengan peningkatan suku bunga di berbagai negara. Dia menilai, data ekonomi dalam negeri bisa mengurangi tekanan bagi indeks.
Dengan peningkatan suku bunga di eksternal, Nico menyatakan Bank Indonesia (BI) tidak akan diam saja. Dia percaya bahwa stabilitas dan volatilitas pasar akan menjadi perhatian bank sentral.
"Tekanan ke IHSG sepertinya akan terjadi jangka pendek. Tekanan jual pun masih dalam keadaan tinggi karena ada sentimen kenaikan suku bunga The Fed. Tapi, jika fundamental ekonomi membaik, koreksi ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan pembelian," ucapnya.
Pada penutupan perdagangan 28 April lalu, IHSG menguat 32,1 poin atau 0,45 persen ke level 7.228,91. Sebanyak 307 saham menguat, 226 saham melemah, dan 162 saham bergerak stagnan.
Seiring dengan pelemahan di pasar Indonesia, pasar di kawasan Asia pun akan mengalami kondisi serupa. "Ini menjadi perhatian penting, setelah kita libur Lebaran, dan tiba-tiba masuk, stabilitas dan volatilitasnya akan jauh lebih meningkat,” kata Nico.
<!--more-->
Analis saham yang juga CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya juga memperkirakan indeks akan bergerak landai dan berpeluang menghadapi tekanan. Sejumlah emiten, kata William, bakal melaju ke fase konsolidasi. Namun untuk sektor consumer goods atau barang jadi, saham emiten berpotensi cerah.
“Seiring dengan maraknya kegiatan, tentunya ekonomi akan sedikit bergerak yang dpt memberikan sentimen positif ke sektor ini,” kata William.
Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi IHSG akan menghadapi pelbagai tekanan lantaran pengaruh eksternal. Meski indeks berpeluang menguat pada pembukaan perdagangan, tren ini tidak akan bertahan lama.
Ibrahim memperkirakan, faktor eksternal utama yang mempengaruhi perdagangan di bursa saham adalah kenaikan suku bunga The Fed. Kenaikan ini sempat membuat bursa Wall Street rontok dan sejumlah saham memerah.
“Kemarin rupiah melemah, indeks, dan bursa-bursa di Amerika memerah. Ada indikasi saat pembukaan bursa, kemungkinan akan terjadi gap up. Tapi kenaikan itu hanya sesaat,” ucap Ibrahim.
Adapun dalam perdagangan pekan depan, laju bursa saham bakal ditopang oleh pergerakan saham-saham teknologi hingga farmasi. Saham farmasi diperkirakan kembali terbang setelah marak isu hepatitis akut.
Selain itu, saham-saham yang bergerak di sektor transportasi dan logistik akan cerah. Sebaliknya, emiten komoditas akan menyeret perdagangan karena adanya sentimen negatif dari larangan ekspor crude palm oil atau CPO.
“Lalu investor juga masih menunggu acara hari kemenangan Rusia. Di sini investor melihat apakah Rusia akan mengumumkan perang terbuka, kita belum tahu. Kalau ada informasi perang terbuka, ini kemungkinan besar IHSG akan memerah lagi,” ucap Ibrahim.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS
Baca juga: IHSG Dibayangi Tekanan Eksternal Setelah Libur Panjang Lebaran
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.