Terkini Bisnis: Bitcoin Terjun USD 32 Ribu, 60 Persen Pemudik Belum Balik
Reporter
Tempo.co
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Minggu, 8 Mei 2022 13:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita terpopuler ekonomi dan bisnis hingga Ahad siang, 8 Mei 2022, dimulai dari harga Bitcoin anjlok dalam dan Kemenhub mencatat sekitar 60 persen pengguna kendaraan belum kembali.
Berikutnya kabar petani keluhkan larangan ekspor minyak sawit dan turunannya hingga Pertamina batal beli minyak mentah dari Rusia.
Adapula berita hingga soal Gerbang Tol Kalikangkung hingga Halim berlaku one way saat arus balik.
Berikut lima berita terkini ekonomi dan bisnis hingga Ahad siang ini:
1. Harga Bitcoin Anjlok Secara Beruntun, Dikhawatirkan Terjun ke USD 32 Ribu
Harga Bitcoin terjun tujuh kali dalam delapan hari berturut-turut. Akibatnya, para trader waspada harga Bitcoin bisa amblas ke US$ 32 ribu dan keluar dari kisaran rata-rata nilainya sepanjang tahun ini.
Mengutip data Coinmarketcap.com pada Sabtu, 7 Mei 2022, pukul 16.30 WIB, harga Bitcoin turun 0,80 persen dalam 24 jam, turun 6,88 persen dalam sepekan, dan turun 20 persen dalam setahun ke US$ 35.972.
Aset kripto telah terbebani oleh para trader yang menghindari risiko secara keseluruhan yang melanda pasar global ketika bank sentral memerangi inflasi sambil mencoba meredam penambahan stimulus selama pandemi Covid-19.
“Jika sentimen risiko terus menurun, secara teknikal menunjukkan Bitcoin bisa menuju ke US$ 28 ribu dan kemudian ke US$ 20 ribu” kata Jeffrey Halley, Analis Pasar Senior di Oanda Asia Pasifik, Sabtu.
Edul Patel, CEO dan pendiri Mudrex, platform investasi kripto berbasis algoritmik, mengatakan bahwa Bitcoin turun hampir 10 persen, menembus harga support-nya, dan ada kemungkinan bahwa harganya dapat menembus di bawah level saat ini. “Support harga Bitcoin sekarang berada di US$ 32 ribu,” ungkapnya.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
2. 60 Persen Pemudik Belum Balik, Kemenhub Imbau Pulang Setelah Hari Ini
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyampaikan bahwa hingga hari ini, Sabtu 7 Mei atau H+4 Lebaran, sekitar 60 persen pengguna kendaraan baik yang menyeberang dari Sumatera menuju ke Jawa maupun melalui jalur tol Semarang ke Jakarta masih belum kembali.
“Agar tidak terjadi kepadatan dan perjalanan lebih nyaman, kami mengimbau masyarakat untuk menunda kepulangannya setelah 8 Mei 2022,” kata Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati di Jakarta, Sabtu 8 Mei 2022.
Adita mengemukakan, berdasarkan data sementara yang dihimpun dari Posko Angkutan Lebaran Terpadu tahun 2022, jumlah pergerakan penumpang angkutan umum pada masa arus balik mulai dari Rabu 4 Mei /H+1 s.d Jumat 6 Mei /H+3 kemarin, trennya terus meningkat.
Pemantauan pergerakan penumpang mudik pada tahun ini dilakukan di 111 terminal bus, 16 pelabuhan penyeberangan, 50 bandar udara, 110 pelabuhan laut, dan 13 Daop/ Divre.
Baca berita selengkapnya di sini
3. Kala Petani Cerita Tak Bisa Lagi Panen Sawit: Tidak Ada Pengepul yang Mau Beli
Kalangan petani mengeluhkan diberlakukannya kebijakan pemerintah melarang ekspor minyak sawit dan turunannya per 28 April 2022 lalu. Mulai saat itu, ekspor CPO, minyak goreng, Refined, Bleached, and Deodorised (RBD) palm oil, dan RBD palm olein resmi dilarang.
Salah satunya keluhan itu disampaikan oleh petani sawit di Kalimantan Timur, Wisnu Ponco Wisudo. "Sepekan sebelum Lebaran, kami sudah tidak bisa panen sawit. Tidak ada pengepul yang mau beli lagi," ujarnya, di Marangkayu, Kutai Kartanegara, Jumat, 6 Mei 2022.
Ia menyatakan, walaupun kebijakan pemerintah tersebut bertujuan baik untuk meningkatkan ketersediaan dan menurunkan harga minyak goreng di pasar lokal, tapi malah memukul petani.
Akibatnya, beberapa tandan buah sawit atau TBS yang sudah sempat dipanen rusak karena tidak terjual. Sejumlah kebutuhan Lebaran yang rencananya dibeli untuk anak dan istri terpaksa dibatalkan karena tak ada hasil penjualan sawit.
Petani sawit lainnya, Kalimantoro, di Muara Badak, juga menyampaikan hal serupa. Tak hanya kehilangan kesempatan mendapatkan uang untuk berlebaran, bahkan setelah Lebaran ini pun, dia harus memutar otak untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarganya jika larangan ekspor tidak segera dicabut.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->