Pendiri Grup Medco Arifin Panigoro Wafat, Begini Rekam Jejaknya
Reporter
M. Faiz Zaki
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 28 Februari 2022 10:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri PT Medco Energi Internasional Tbk. Arifin Panigoro wafat pada Ahad, 27 Februari 2022, pukul 02.29 waktu Rochester Minneapolis Amerika Serikat, atau Senin, 28 Februari pukul 03.29 AM WIB. Rencananya, jenazahnya akan disemayamkan di Griya Jenggala, Jalan Jenggala 1 Nomor 2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
“Saya dapat berita yang sama,” kata Kepala Sekretariat Presiden Heru Budihartono saat dihubungi, Senin.
Adapun manajemen beserta seluruh pegawai Medco Group menyampaikan turut berbelasungkawa. “Duka cita sedalam-dalamnya dan kepada keluarga yang ditinggalkan agar diberi kekuatan dan ketabahan,” kata manajemen.
Lulusan dari Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung kelahiran 14 Maret 1945 itu pernah bekerja sebagai Senior Executive Programme Institute of Business Administration, Fountainebleau, Perancis tahun 1979. Setelah mendapatkan cukup pengalaman, dia kembali ke Indonesia lalu menunjukkan diri sebagai pebisnis.
Arifin Panigoro menitik karirnya di industri minyak dan gas pada 1980, namun dia mengundurkan diri dari manajemen perusahaan pada 1998. Sejak saat itu dia menjadi penasihat, terutama dalam mengidentifikasi peluang bisnis minyak dan gas baru.
“Memperoleh gelar kehormatan (doctor honoris causa) dari Institut Teknologi Bandung pada Januari 2010,” dikutip dari situs medcoenergi.com pada Senin, 28 Februari 2022.
Pidato yang disampaikannya saat itu berjudul “Kuasai Teknologi, Bangun Ekonomi, Tegakkan Martabat Bangsa” (Menaklukkan Teknologi, Membangun Perekonomian, Menjunjung Martabat Bangsa).
Dia juga pernah terjun ke dunia politik dan bergabung ke Partai Persatuan Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan). Dia bergabung dengan partai tersebut pada tahun 1999 untuk daerah pemilihan Kabupaten Tangerang dan terpilih sebagai anggota DPR.
Keanggotaannya di dalam partai ini cukup strategis sebagai Ketua DPP dan Ketua Fraksi PDIP pada tahun 2002-2003. Tidak bertahan lama di partai berlambang banteng moncong putih, dia juga mengundurkan diri dari DPR pada tahun 2005.
Setelah itu dia mendirikan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) bersama dengan Sophan Sophian, Laksamana Sukardi, Roy B. B. Janis, Sukowaluyo Mintohardjo, Noviantika Nasution, Didi Supriyanto, Tjiandra Wijaya, Postdam Hutasoit, dan R. O. Tambunan.
<!--more-->
Arifin Panigoro pernah mendapatkan Bintang Mahaputera Nararya seperti sejumlah tokoh lain, yaitu Sofyan Wanandi, Tengku Nasaruddin Said Effendy, Dato Sri Tahir, Abbas Said, Abdul Haris Semendawai, Fadli Zon, dan Fahri Hamzah.
Laki-laki kelahiran Bandung, 14 Maret 1945 tersebut tercatat sebagai salah satu dari sembilan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) pada 2019-2024.
Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 137/P Tahun 2019 tentang Pengangkatan Dalam Keanggotaan Dewan Pertimbangan Presiden, Arifin dilantik menjadi Wantimpres pada Jumat, 13 Desember 2019.
“Wantimpres, sebagaimana Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden, bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada presiden yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden,” dikutip dari situs Kementerian Sekretariat Negara setneg.go.id pada Jumat, 13 Desember 2019.
Majalah Forbes pernah mencatatkan Arifin Panigoro sebagai orang terkaya di Indonesia pada tahun 2020. Menempati peringkat ke-47, Forbes mencatat kekayaannya sebesar US$ 550 juta.
Selain itu, Arifin pernah menjadi Chairman Liga Primer Indonesia (LPI) atas keresahannya dengan kompetisi sepak bola dalam negeri yang minim membuahkan prestasi. Dia juga mengkritik manajemen Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang dinilai salah urus.
Pembentukan LPI lahir dari hasil Kongres Sepak Bola Nasional (KSN) di Malang pada Maret, 2010. Tetapi, kelahiran LPI justru menimbulkan dualisme kompetisi tertinggi yang sudah ada, yaitu dari Liga Super Indonesia (LSI). “Tujuannya memperbaiki prestasi sepak bola nasional,” kata Arifin dikutip dari Koran Tempo pada 7 Januari, 2011.
Menurut dia, LPI bisa mendorong sepak bola nasional sebagai lahan bisnis yang menguntungkan dengan pasar yang besar. Ia optimistis dengan kehadiran LPI bisa memajukan prestasi sepak bola Indonesia.
Faktor lain kemandekan prestasi sepak bola Indonesia, kata Arifin, adalah tidak adanya kredibilitas dan tidak adanya pembinaan usia muda berjenjang dan berkelanjutan. Selain itu, penggunaan APBD yang dinilai tidak tepat. “Sepak bola profesional tidak boleh memakai uang rakyat,” kata Arifin Panigoro.
FAIZ ZAKI | FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BASUKI RAHMAT | ARIS M
Baca: Hilmi Panigoro: Arifin Panigoro Meninggal Setelah Dirawat Intensif di Amerika
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.