Pekerja mengiris tempe untuk dijadikan keripik tempe di sentra industri kripik tempe Sanan, Malang, Jawa Timur, 31 Desember 2015. Pengusaha kripik tempe setempat meningkatkan jumlah produksi kripik untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat sejak dua pekan terakhir karena bertepatan dengan momen Natal dan Tahun Baru. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan mengatakan harga tahu dan tempe akan naik beberapa bulan ke depan. Harga tahu dan tempe akan naik sebagai imbas dari penurunan jumlah produksi kedelai di negara penghasil, kekurangan tenaga kerja, kenaikan biaya sewa lahan, dan inflasi 7 persen di Amerika Serikat.
“Kemendag bersama seluruh pelaku usaha kedelai nasional akan terus berupaya menyediakan stok kedelai cukup untuk memenuhi kebutuhan industri perajin tahu dan tempe menjelang puasa dan Lebaran 2022,” ucap Oke saat konferensi pers virtual pada Jumat, 11 Februari 2022.
Oke juga melihat di Brasil terjadi penurunan produksi kedelai, di mana awalnya diprediksi mampu memproduksi 140 juta ton pada Januari, menurun menjadi 125 juta ton.
Harga tahu, kata Oke, akan naik dari Rp 52.450 ke Rp 53.700 per papan atau harga per potongnya dari Rp 650 ke Rp 700. Sedangkan harga tempe berkisar Rp 10.300 sampai Rp 10.600 per kilogram.
Kata Oke, stok kedelai dari Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) tersedia 300 ribu ton bisa memenuhi kebutuhan dari Februari sampai Maret 2022. Jumlah tersebut berasal dari stok awal Februari sebesar 160 ribu ton ditambah pemasukan dari pertengahan Februari sebanyak 140 ribu ton.
Ia menuturkan pemerintah meminta dukungan importir kedelai untuk konsisten menjaga harga kedelai supaya terjangkau di tingkat perajin tahu dan tempe. Oke juga memastikan pasokan makanan alternatif berprotein tinggi itu tetap ada untuk masyarakat walau harga naik. <!--more--> “Saya pastikan akan terus bekerja sama dengan para pelaku usaha untuk memastikan ketersediaan bahan baku tahu dan tempe. Lebih baik tersedia walau agak mahal daripada tidak tersedia,” kata Oke.
Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu kedua Februari 2022 mencapai US$ 15,77 per bushels. Harga ini diperkirakan terus naik hingga Mei yang mencapai US$ 15,79 per bushels dan mulai turun pada Juli sebesar US$ 15,74 per bushels.
Oke menjelaskan, kebutuhan kedelai Indonesia 80 persen dipasok dari impor, karena produksi dari dalam negeri belum mencukupi. Sedangkan permintaan tahu dan tempe di masyarakat sangat tinggi.
“Saya mengimbau masyarakat untuk memahami kondisi yang mendatang, harganya harus menyesuaikan produk turunan dari kedelai, khususnya tahu dan tempe,” tuturnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klikhttps://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu