Uji Persinyalan LRT Jabodebek Selesai Mei, KAI Mulai Promosi ke Masyarakat
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Martha Warta Silaban
Kamis, 3 Februari 2022 09:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -PT Kereta Api Indonesia (Persero) mulai melakukan uji persinyalan kereta lintas raya terpadu atau LRT Jabodebek menggunakan sistem GoA 3. Pengujian ini ditargetkan kelar pada medio Mei hingga awal Juni 2022.
“Uji persinyalan diawali di LP (lintas pelayanan) 1 (Stasiun Harjamukti-Cawang), lanjut LP 2 (Cawang-Dukuh Atas) dan LP 3 (Cawang-Bekasi),” ujar Executive Vice President LRT Jabodebek KAI Mochamad Purnomosidi dalam pesan pendek kepada Tempo, Rabu, 2 Februari 2022.
LRT akan beroperasi dengan memanfaatkan teknologi GoA 3 atau grade of automation level 3. Teknologi GoA3 memungkinkan kereta beroperasi secara otomatis tanpa masinis.
Purnomo mengatakan sistem otomatis akan berfungsi penuh secara bertahap hingga akhir tahun lantaran menunggu finalisasi pembangunan area heavy maintenance Depo di Bekasi Timur. Ia berujar, PT KAI secara paralel sedang mengejar penyelesaian pembangunan Depo yang ditargetkan selesai pada awal Maret. Setelah konstruksi rampung, seluruh rangkaian kereta bisa diparkir di Depo.
Adapun setelah menjalani uji persinyalan, LRT Jabodebek akan memasuki tahap trial run. Trial run merupakan fase pengujian sebelum kereta beroperasi secara komersial. KAI menargetkan kereta akan beroperai secara komersial pada Agustus 2022.
Meski demikian, Purnomo mengatakan KAI telah melakukan promosi dan sosialisasi LRT kepada masyarakat untuk mulai mengenalkan armada ini. “KAI juga sedang membangun komunikasi dengan pemangku kepentingan di kota dan daerah berkaitan dengan integrasi antar-moda,” katanya.
KAI juga sudah mengusulkan tarif LRT kepada Kementerian Perhubungan dengan besaran minimal Rp 3.000-4.000 untuk 5 kilometer. Sedangkan tarif rata-rata adalah Rp 15 ribu. Besaran tarif ini sudah termasuk subsidi pemerintah.
Ia yakin masyarakat tertarik dengan tarif tersebut. “Menurut survei yag dilakukan oleh konsultan, tarif rata-rata tersebut masih menarik buat masyarat bila di bandingkan dengan angkutan lainnya,” ucap Purnomo.<!--more-->
KAI Diingatkan Soal Potensi Kanibal Menjelang Pengoperasian LRT
Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, beberapa waktu lalu menyoroti sejumlah potensi masalah yang dapat dialami kereta LRT Jabodebek. Persoalan pertama ialah rute yang akan bertumbukan dengan jalur moda transportasi kereta rel listrik (KRL).
“Melihat rutenya ini, saya khawatir terjadi kanibalisme dengan KCI (KAI Commuter) karena arahnya mirip. KCI sudah kena kanibal karena pengoperasian enam ruas jalan tol,” ujar Agus, 19 Januari lalu.
LRT Jabodebek akan beroperasi di jalur Cibubur-Dukuh Atas dan Bekasi Timur-Dukuh Atas. Rute pengoperasian kereta layang tersebut dianggap mirip dengan relasi perjalanan yang dimiliki oleh KRL.
Karena kemiripan rute ini, KAI sebagai pemegang konsesi LRT dinilai harus memikirkan segmen pengguna kereta agar subsidi yang dikeluarkan pemerintah tidak mubazir. Agus melihat selama ini kanibalisme kerap terjadi pasca-pembangunan infrastruktur konektivitas.
Dia mencontohkan pembangunan Jalan Tol Trans Jawa yang menyebabkan frekeunsi penumpang pesawat amblas. “Penumpang pesawat di Bandara Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang) 70 persen hilan, pindah ke jalan tol. Jadi harus dipikirkan bagaimana agar bangkitan itu tinggi,” ujarnya.
Selain menyoroti perihal rute, Agus meminta KAI menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kereta. Ia mengatakan KAI harus memastikan kondisi armadanya sebelum KRL Jabodebek beroperasi.
Baca Juga: KAI Diingatkan Soal Potensi Kanibal LRT Jabodebek hingga Ancaman Kereta Berkarat
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.