Rupiah Ditutup Melemah Tipis, Tertekan Sinyal Kenaikan Suku Bunga The Fed
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Kodrat Setiawan
Jumat, 14 Januari 2022 20:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di pasar spot ditutup melemah tipis di level Rp 14.296 pada perdagangan akhir pekan, Jumat, 14 Januari 2022. Mata uang Garuda turun satu poin dari penutupan hari sebelumnya di posisi Rp 14.295.
“Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp 14.270-14.330,” tutur Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Jumat.
Pelemahan rupiah hari ini terdorong sinyal The Fed yang bersiap-siap menaikkan suku bunga pada Maret 2022. Rencana ini telah diungkapkan dalam sidang Komite Perbankan Senat Amerika, juga disampaikan Presiden Fed New York John Williams dalam waktu yang hampir bersamaan. Selain itu, pergerakan mata uang terpengaruh inflasi Amerika Serikat yang meningkat dalam beberapa pekan ke belakang.
Di sisi lain, krisis politik di London yang mengancam posisi Perdana Menteri Boris Johnson masih memberikan keyakinan kepada pasar bahwa ekonomi negara tersebut dapat menahan gelombang infeksi Covid-19. Dengan demikian, Bank of England dapat menaikkan suku bunga bulan depan.
Di Asia Pasifik, rupiah terpengaruh oleh pemulihan ekonomi yang terjadi di negara-negara maju. Data Cina menunjukkan ekspor negara tersebut tumbuh 20,9 persen, sementara impor tumbuh 19,5 persen.
Di Korea Selatan, Bank of Korea telah mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,25 persen. Walhasil, Korea Selatan mencatatkan kenaikan won mingguan 1,3 persen.
<!--more-->
Dari sisi internal, rupiah terpengaruh oleh adanya Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI). Survei itu memperkirakan kegiatan usaha akan meningkat pada triwulan I 2022, yang tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 9,39 persen atau meningkat dari 7,1 persen dari triwulan sebelumnya.
“SKDU mengindikasikan kegiatan dunia usaha pada triwulan IV 2021 tumbuh positif. Ini tercermin dari nilai SBT sebesar 7,1 persen, sedikit lebih rendah dari SBT sebesar 7,58 persen pada triwulan III 2021, walau dibandingkan triwulan IV 2020 masih minus 3,9 persen,” kata Ibrahim.
Peningkatan kinerja usaha sudah tampak pada sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran dan pengangkutan, serta komunikasi. Pemulihan kinerja terlihat dari meningkatnya permintaan seiring dengan pelonggaran kebijakan pembatasan mobilisasi di berbagai daerah serta perayaan Natal dan tahun baru.
“Sejalan dengan perkembangan kegiatan usaha, kapasitas produksi terpakai triwulan IV 2021 tercatat sebesar 72,6 persen, sedikit lebih rendah dari 73,3 persen pada triwulan sebelumnya, namun lebih tinggi dibandingkan dengan 71,96 persen pada triwulan IV 2020,” tutur Ibrahim.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca juga: UOB Akuisisi Bisnis Konsumer CItigroup, Nasabah Akan Tambah Jadi 5,3 Juta
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.