Pengamat Sebut Pelemahan Rupiah Murni Dipengaruhi Faktor Global
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 6 Desember 2021 17:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup melemah di level Rp 14.442 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin, 6 Desember 2021. Kurs rupiah melemah 22 poin dari harga penutupan sebelumnya yang di level Rp 14.419.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan salah satu penyebabnya melemahnya nilai tukar berasal dari sentimen eksternal. "Misalnya ketidakpastian seputar varian omicron Covid-19 dan ekspektasi data inflasi AS yang lebih panas meningkatkan tekanan pada suku bunga," ujar dia dalam keterangan tertulis, Senin, 6 Desember 2021.
Ibrahim mengatakan omicron telah menemukan jalannya ke sekitar sepertiga negara bagian AS. Meskipun penelitian varian terus berlanjut, sebuah artikel oleh Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan mengatakan mayoritas pasien Covid-19 dirawat karena alasan lain dan bergantung pada oksigen.
Di sisi lain, kata Ibrahim, pasar treasury juga bergejolak dalam beberapa sesi terakhir. Ia melihat kurva imbal hasil AS mendatar tajam di atas ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan bergerak terlalu cepat untuk mengekang inflasi dan pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
"Pasar suku bunga berjangka telah memperkirakan kenaikan suku bunga AS sekitar pertengahan 2022, tetapi hanya mencapai setinggi sekitar 1,5 persen pada akhir 2026 dan investor tetap waspada terhadap perubahan itu dengan cepat," ujarnya.
Namun, angka inflasi tahun-ke-tahun di atas 7 persen, terhadap ekspektasi ekonom sebesar 6,7 persen, dapat mengubah banyak hal.
<!--more-->
Dari dalam negeri, Ibrahim melihat walaupun data internal cukup stabil, namun pemerintah dan Bank Indonesia (BI) terus memantau ketat pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir yang terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pelemahan ini murni dipengaruhi oleh faktor global, khususnya penyebaran varian baru covid-19 omicron dan kebijakan bank sentral AS (The Fed).
"Selain itu arah kebijakan bank sentral AS federal reserve (The Fed) yang cenderung hawkish, artinya ada kemungkinan tapering dipercepat dari rencana sebelumnya. Sebagai bentuk respons perekonomian dalam negeri AS," ujar Ibrahim.
Meski demikian, pelemahan nilai tukar rupiah masih terjaga dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. BI terus berada di pasar dan menjamin ketersediaan valuta asing untuk mencukupi kebutuhan investor. Sehingga, nilai tukar rupiah akan dijaga sesuai level fundamental.
Selain itu, Bank Indonesia terus berupaya untuk menstabilkan mata uang rupiah yang dalam bulan-bulan terakhir ini masih cukup stabil tidak jauh dari Rp 14.500 per dolar AS, mengendalikan inflasi dan melakukan koordinasi dengan Pemerintah termasuk OJK dan LPS untuk menentukan bauran kebijakan demi menjaga kedaulatan ekonomi.
Salah satu bauran kebijakan yang sudah di jalankan adalah penurunan suku bunga dan menjaga inflasi agar tetap rendah dan terkendali.
CAESAR AKBAR
BACA: Dibayangi Ketidakpastian Penyebaran Varian Omicron, Rupiah Diprediksi Melemah