3 Pesan Jokowi ke Pertamina dan PLN: dari Investasi Lelet hingga Transisi Energi
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 21 November 2021 11:14 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi memberikan arahan kepada jajaran direksi dan komisaris PT Pertamina (Persero) serta PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN di Istana Negara, Sabtu, 20 November 2021. Dalam pertemuan langsung itu, hadir pula Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Dalam persamuhan yang berlangsung lebih-kurang 30 menit, Jokowi menyampaikan berbagai pesan kepada dua perusahaan pelat merah yang bergerak di sektor energi itu. Pesan tersebut merujuk pada berbagai masalah yang terjadi, seperti lambatnya realisasi investasi sampai impor minyak.
Berikut ini pesan-pesan yang disampaikan Jokowi:
1. Investasi lelet karena birokrasi ruwet
Jokowi mengatakan ruwetnya birokrasi di Indonesia dan BUMN telah menghambat masuknya investasi. Menurut dia, selama ini investasi yang ingin masuk ke Pertamina dan PLN sangat banyak, namun perkara birokrasi itu menjadi persoalan.
"Saya melihat sebetulnya investasi yang ingin masuk ke Pertamina, ke PLN, ini ngantre dan banyak sekali. Tapi ruwetnya, ruwetnya itu ada di birokrasi kita dan juga ada di BUMN kita sendiri," ujar Jokowi.
Jokowi pun geram lantaran ruwetnya birokrasi itu membuat hal seharusnya mudah menjadi sulit. Akhirnya, realisasi investasi pun menjadi mandek. Karena itu, ia mengatakan persoalan tersebut perlu diperbaiki dengan cara yang profesional.
Selain itu, Jokowi mengatakan komisaris dan direksi Pertamina maupun PLN harus menghitung konsekuensi dari setiap penugasan terhadap perusahaan. Perhitungan tersebut harus disampaikan secara transparan dan terbuka dengan kalkulasi dan angka-angka.
<!--more-->
"Tapi yang logis, karena penugasan terus wah mikirnya nggak dicek, enggak dikontrol. Ya itu nanti kalau mau ke sekuritisasi akan ketahuan, harganya kemahalan, harganya sulit untuk disekuritisasi," tutur Jokowi.
2. Kelebihan pasokan di PLN dan impor minyak di Pertamina
Jokowi juga membeberkan persoalan yang dihadapi dua perusahaan energi pelat merah. Persoalan itu antara lain kelebihan pasokan di PLN dan impor minyak yang besar di Pertamina.
Dia mengatakan perlu ada strategi transisi energi masyarakat. Ia mengatakan pasokan energi di Tanah Air 67 persen dipasok batu bara, 15 persen dipasok bahan bakar minyak, dan 8 persen gas.
"Kalau kita bisa mengalihkan itu ke energi yang lain, misalnya mobil diganti listrik semuanya, gas rumah tangga diganti listrik semuanya, karena PLN oversupply, artinya supply dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina menjadi turun," ujar Jokowi.
Jokowi mengatakan tujuan besarnya adalah negara memperoleh keuntungan dalam bentuk neraca pembayaran yang selama bertahun-tahun mengalami persoalan lantaran impor minyak yang terlampau besar. Hal tersebut pun memengaruhi nilai tukar rupiah.
"Itu memengaruhi currency kita, memengaruhi yang namanya kurs dolar kita. Karena setiap dolar Pertamina harus menyediakan, harus beli dolar di pasar dengan jumlah yang tidak kecil, besar sekali," ujar Jokowi.
Karena itu, ia mengatakan terus mendorong mobil listrik dan kompor listrik. Namun, ia mengatakan komisaris maupun direksi PLN dan Pertamina kini dihadapkan dengan tugas untuk membuat tahapan transisi tersebut. Misalnya, langkah apa yang bisa dimulai tahun depan atau beberapa tahun lagi.
<!--more-->
3. Transisi menuju energi hijau
Selanjutnya Jokowi menyinggung soal percepatan transisi ke energi hijau. Ia memberikan gambaran adanya perubahan global yang drastis dan diperkirakan akan memengaruhi keberlangsungan dua perusahaan pelat merah itu. Kesimpulan tersebut diperoleh dalam dua pertemuan internasional antara lain KTT G20 dan COP26 di Glasgow beberapa waktu lalu.
"Semakin hari semakin ke sana semakin ke sana arahnya itu sudah bisa ditebak bahwa suatu saat yang namanya energi fosil, penggunaan mineral fosil itu pada suatu titik akan disetop," ujar Jokowi.
Menurut dia, isu tersebut harus menjadi perhatian lantaran pada kondisi saat ini bisnis dari suda perusahaan milik negara itu masih berkaitan dengan energi yang bersumber dari fosil. Misalnya saja PLN yang masih sangat besar penggunaan batu bara-nya, maupun Pertamina yang bisnisnya masih dalam lingkup minyak dan gas.
"Mau tidak mau itu juga akan terkena imbasnya kalau ke depan," ujar Jokowi. Lanskap penggunaan energi di masa depan, kata Jokowi, mengarah ke transisi energi, misalnya dari penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik. Transisi itu diperkirakan akan segera di mulai di Eropa dan negara lainnya.
Transisi tersebut pun bukan hanya terlaksana melalui kerja sama antar perusahaan maupun bilateral, melainkan akan dituangkan dalam bentuk undang-undang atau regulasi. Karena itu, ia meminta semua pihak untuk bersiap-siap. Apalagi, menurut Jokowi, transisi energi tak bisa ditunda-tunda.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | CAESAR AKBAR
Baca: Megawati Pertanyakan Kunyit Banyak Diekspor: Kok Enak Banget, Ya?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.