Jokowi Yakin Perdagangan RI Bisa Surplus Atas Cina di 2022, Ini Sebabnya
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 18 November 2021 16:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi yakin tahun depan Indonesia bisa mengalami surplus perdagangan atas Cina. Menurut dia hal tersebut tampak lantaran defisit perdagangan Indonesia dengan Cina terus menurun seiring dengan strategi hilirisasi yang dilakukan pemerintah.
"Kita 2018 itu minus US$ 18,4 miliar. Tahun 2020 sudah minus US$ 7,85 miliar, langsung turun. Ini dari mana ini? Dari besi baja, dari nikel yang jadi barang itu. Di 2021 sampai Oktober ini tinggal minus US$ 1,5 miliar. Nanti tahun depan 2022 saya yakin kita sudah surplus perdagangan kita dengan RRT. Saya yakin itu," ujar Jokowi dalam pidato yang disiarkan secara daring, Kamis, 18 November 2021.
Ia mengatakan pemerintah akan meneruskan kebijakan hilirisasi produk mentah di Indonesia, misalnya nikel. Melalui kebijakan itu, pemerintah menyetop ekspor bijih nikel ke berbagai negara. Jokowi mengatakan banyak negara yang mempertanyakan kebijakan tersebut, termasuk dalam pertemuan G20 beberapa waktu lalu.
Menanggapi pertanyaan itu, ia mengatakan kebijakan itu ditempuh untuk membuka lapangan kerja di dalam negeri. Meskipun demikian, Jokowi memastikan bahwa Indonesia terbuka untuk kerja sama dengan berbagai negara. Misalnya dengan membuat produk setengah jadi di Indonesia dan diekspor ke negara yang bekerja sama.
<!--more-->
Namun, ia mengatakan investasi itu harus ditanam di Indonesia. "Bikin di sini, invest di sini. Jadi kita ga menutup diri kok. Kita terbuka. Tapi kalau kita disuruh kirim bahan mentah terus, ndak, ndak, ndak, ndak, ndak, stop. Jangan berpikir Indonesia akan kirim bahan mentah," ujar Jokowi.
Jokowi mengatakan strategi hilirisasi itu terbukti memberikan nilai tambah dan membuka banyak lapangan kerja di Indonesia. Ia pun mencontohkan hilirisasi pada bijih nikel. Ia mengatakan bijih nikel yang diproses menjadi baja nilainya bisa naik 10 kali lipat.
Hasil dari hilirisasi itu terlihat dari lompatan ekspor yang tinggi beberapa waktu ini. "Sampai akhir tahun perkiraan saya bisa US$ 20 miliar, karena di bulan Oktober ini sudah US$ 16,5 miliar. Akhir tahun perkiraan saya bisa US$ 20 miliar hanya dari stop nikel," ujar Jokowi.
Nantinya, Indonesia juga akan melakukan hilirisasi di bauksit, tembaga, dan material lainnya. Dengan demikian, neraca transaksi berjalan Indonesia bisa semakin baik. "Kalau kita lakukan itu untuk bauksit, tembaga, timah, rare earth dan semuanya, Bapak Ibu bisa bayangkan devisa kita nanti akan seperti apa," kata Jokowi.
Baca: Bill Gates Akan Bangun Pembangkit Reaktor Nuklir Senilai Rp 57 Triliun
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.