IMF Sebut Bantuan Darurat Banyak Negara Picu Spekulasi Krisis Keuangan Baru

Rabu, 13 Oktober 2021 08:11 WIB

Logo IMF. wikipedia.org

TEMPO.CO, Jakarta - Dana Moneter Internasional atau IMF menyebutkan bahwa bantuan darurat yang diberikan oleh bank sentral dan kementerian keuangan sejumlah negara selama pandemi Covid-19 telah memicu spekulasi bahwa dunia rentan terhadap krisis keuangan baru.

Hal tersebut disampaikan dalam laporan IMF bertajuk Global Financial Stability Review (GFSR) setengah tahunan sebagaimana dikutip TheGuardian.com, Rabu, 13 Oktober 2021. IMF menyatakan, para pembuat kebijakan dihadapkan dengan tantangan menyeimbangkan kegiatan ekonomi sambil mencegah konsekuensi yang tidak diinginkan dan risiko stabilitas keuangan jangka menengah.

IMF mencatat bahwa harga saham tampaknya kini sudah terlalu tinggi dan harga rumah telah melonjak di banyak negara. Badan yang berbasis di Washington ini juga menyebutkan investor kian khawatir tentang prospek ekonomi di tengah meningkatnya infeksi virus dan ketidakpastian yang lebih besar tentang kekuatan pemulihan khususnya di pasar negara berkembang.

“Tanda-tanda peringatan, misalnya, meningkatnya risiko keuangan dan meningkatnya kerentanan di sektor lembaga keuangan nonbank, menunjukkan pelemahan pada fondasi stabilitas keuangan,” kata IMF dalam laporan tersebut.

Bila kondisi ini dibiarkan, menurut IMF, maka kerentanan dapat berkembang menjadi masalah warisan struktural. Dengan begitu, pertumbuhan jangka menengah bakal berisiko dan ketahanan sistem keuangan global bisa terguncang.

Advertising
Advertising

Rilis itu datang pada awal pertemuan tahunan IMF dengan agenda yang didominasi oleh kekhawatiran tentang risiko terhadap pertumbuhan global.

<!--more-->

Dalam laporan terpisah yang dirilis pada sehari sebelumnya, Selasa, 12 Oktober 2021, IMF menyerukan agar negara-negara kaya untuk memenuhi janji vaksin kepada negara-negara berkembang. Hal ini perlu dilakukan karena sudah ada kesenjangan yang berbahaya dalam prospek ekonomi di seluruh dunia.

IMF pun memangkas perkiraan pertumbuhan untuk banyak negara barat, termasuk Inggris di dalamnya. Lembaga itu juga menyampaikan kekhawatirannya bahwa kondisi negara-negara berpenghasilan rendah bisa menjadi jauh lebih buruk.

Adapun prospek ekonomi dunia dalam enam bulan terakhir menunjukkan pemulihan dari keruntuhan aktivitas tahun lalu terus berlanjut tetapi momentumnya telah melemah.

Penasihat ekonomi IMF, Gita Gopinath, mengatakan proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2021 telah direvisi turun sedikit dari 6 persen pada bulan Juli menjadi 5,9 persen dan tidak berubah untuk tahun 2022 sebesar 4,9 persen.

Khusus untuk, Inggris, IMF memperkirakan bakal menjadi kelompok negara industri terkemuka G7 dengan pertumbuhan tercepat, meskipun proyeksinya dipangkas dari 7 persen menjadi 6,8 persen. Selain itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan Kanada juga turut dipangkas.

BISNIS

Baca: Kata Ahok Soal Dirut Pertamina Masuk 17 Perempuan Paling Berpengaruh

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

8 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

13 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

22 jam lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

1 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

1 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

2 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya