Harga Minyak Mentah Tembus USD 82,39 per Barel Terdorong Krisis Energi
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 9 Oktober 2021 08:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman Desember pada akhir perdagangan Sabtu pagi di Asia, 9 Oktober 201, naik 44 sen atau 0,5 persen menjadi US$ 82,39 per barel. Di awal pekan ini, harga komoditas acuan global itu menembus rekor tertinggi selama tiga tahun belakangan di level US$ 83,47 per barel.
Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November melonjak 1,3 persen atau sekitar US$ 1,05 menjadi US$ 79,35 per barel. Kenaikan harga tersebut adalah yang tertinggi untuk minyak AS sejak 31 Oktober 2014.
Jika dievaluasi mingguan, harga minyak mentah WTI telah melejit 4,6 persen, sementara Brent naik 3,9 persen berdasarkan kontrak bulan depan.
Kenaikan harga emas hitam ini di antaranya dipicu oleh krisis energi global yang belum reda. Harga minyak jadi terdongkrak ke level tertinggi multi-tahun saat negara-negara pengguna listrik besar berjuang untuk memenuhi permintaan.
Walaupun permintaan di seluruh dunia meningkat karena aktivitas ekonomi pulih dari posisi terendah selama pandemi, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) pada pekan ini menyatakan bakal tetap mengembalikan produksi secara bertahap.
<!--more-->
Pemerintah AS juga terus memantau pasar energi, tetapi tidak mengumumkan tindakan segera untuk menurunkan harga, seperti melepas cadangan minyak strategis agar bisa mendukung pasar minyak. Walhasil, bensin berjangka AS juga ditutup pada level tertinggi sejak Oktober 2014 pada Jumat kemarin, 8 Oktober 2021.
"Latar belakang fundamental adalah salah satu dari ketatnya pasokan yang akan terus mendorong harga-harga ini terus naik," kata mitra di Again Capital di New York, John Kilduff.
Selain itu, banyak pihak khawatir bahwa musim dingin yang sangat dingin dapat semakin membebani pasokan gas alam. Cina, misalnya, telah memerintahkan para penambang di Mongolia Dalam untuk meningkatkan produksi batu bara untuk mengurangi krisis energinya.
"Karena harga-harga energi lain seperti gas alam dan batu bara terus didorong lebih tinggi, risiko-risiko kenaikan di pasar minyak telah mulai meningkat," kata Christopher Kuplent dari Bank of America.
Kenaikan harga minyak juga terpengaruh oleh lonjakan harga-harga gas Eropa, yang telah mendorong peralihan ke minyak untuk pembangkit listrik. Harga acuan gas Eropa di pusat TTF Belanda pada Jumat lalu yang setara dengan minyak mentah sekitar US$ 200 per barel. Harga itu didasarkan pada nilai relatif dari jumlah energi yang sama dari masing-masing sumber, menurut perhitungan Reuters berdasarkan data Eikon.
BISNIS
Baca: Berubah, Jokowi Kini Izinkan APBN Dipakai untuk Proyek Kereta Cepat