BPS Umumkan Deflasi 0,04 Persen per September 2021, Apa Saja Pemicunya?
Reporter
Tempo.co
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 1 Oktober 2021 11:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada September 2021 terjadi deflasi sebesar 0,04 persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 106,53, setelah sebelumnya berada di angka 106,57 pada Agustus 2021.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan harga berbagai komoditas pada bulan September 2021 ini secara umum menurun.
“Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 90 kota pada bulan September 2021, terjadi deflasi sebesar 0,04 persen atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,57 pada Agustus 2021 menjadi 106,53 pada September 2021,” kata Margo dalam konferensi pers virtual, pada Jumat, 1 Oktober 2021.
Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender (Januari - September) 2021 sebesar 0,8 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2021 terhadap September 2020) atau yoy menjadi 1,6 persen.
Bulan September 2021 mencatat deflasi kedua selama tahun 2021, setelah bulan Juni dengan deflasi 0,16. Deflasi pada bulan September ini dipengaruhi oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil sebesar 0,12 persen.
<!--more-->
Lebih jauh Margo memaparkan penyebab utama deflasi pada September 2021 ini adalah telur ayam ras, cabai rawit, dan bawang merah. Sementara itu, sejumlah barang yang menghambat utama deflasi adalah naiknya harga minyak goreng dengan andil sebesar 0,02.
BPS menyebutkan pemicu utama deflasi September 2021 adalah telur ayam ras dengan andil sebesar 0,07. "Kemudian cabai rawit, andilnya 0,03, dan yang ketiga adalah bawang merah juga andilnya 0,03," kata Margo.
Dari 90 kota IHK yang BPS hitung laju inflasinya, terdapat 56 kota mengalami deflasi dan 34 kota mengalami inflasi. Dari 56 kota yang mengalami deflasi, deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo, yaitu sebesar 0,9 persen.
Sementara itu, dari 34 kota yang mengalami inflasi, laju kenaikan harga tertinggi tercatat di Pangkal Pinang dengan laju kenaikan harga sebesar 0,6 persen. Adapun penyumbang inflasi di daerah itu berasal dari daging ayam ras, andilnya 0,26, kemudian ikan selar atau ikan tude 0,18, dan bayam 0,08.
Sedangkan Gorontalo mengalami deflasi tertinggi, sebesar 0,9 persen dengan penyumbang utamanya adalah berasal dari komoditas cabai rawit yang memiliki andil deflasi sebesar 0,47, ikan tuna 0,13, dan ikan layang yang memiliki andil sebesar 0,11.
FAIRUZ AMANDA PUTRI
Baca: Isi RUU IKN: Kepala Ibu Kota Baru Ditunjuk Presiden, Masa Jabatan 5 Tahun