TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Novie Riyanto belum menerima kabar terkait isu restrukturisasi yang akan dilakukan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
"Saya belum mendapatkan pernyataan resmi. Kalau mereka bersurat ke kita ya nanti kan ada penyesuaian-penyesuaian," katanya kepada Bisnis, Minggu, 23 Mei 2021.
Novie mengklaim sejauh ini operasional Garuda Indonesia dalam kondisi baik. Dia menyebut pada Ahad, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten tercatat ada 660 lebih pergerakan.
"So far so good, nggak ada masalah. Hari ini di Soetta [Bandara Soekarno Hatta] saja ada 660 lebih movement, di Bali juga. Yang lainnya juga nggak ada masalah, masih normal-normal aja," ujarnya.
Dia belum menerima informasi detail terkait berapa jumlah armada yang akan dioperasikan Garuda. "Nanti kalau sudah tahu pasti saya akan sesuaikan ya terkait dengan perijinan rutenya ya," tutupnya.
Sebelumnya, dikabarkan bahwa kinerja keuangan GIAA tak kunjung membaik pada 2021. Bahkan, maskapai BUMN itu mencatatkan utang hingga Rp 70 triliun. <!--more--> Menurut berita Bisnis.com, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam pernyataannya kepada karyawan perusahaan mengatakan emiten penerbangan pelat merah ini dalam kondisi berat secara finansial.
Irfan mengatakan Garuda Indonesia memiliki utang sebesar Rp 70 triliun atau US$4,9 miliar. Jumlah utang tersebut bertambah lebih dari Rp1 triliun per bulannya seiring dengan penundaan pembayaran yang dilakukan perusahaan kepada pada pemasok.
Garuda Indonesia juga disebut akan melakukan restrukturisasi bisnis yang mencakup pengurangan jumlah armada pesawat hingga 50 persen.
Upaya tersebut perlu dilakukan guna mengatasi krisis yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Salah satu bentuk restrukturisasi tersebut adalah melalui pengurangan armada pesawat yang operasional.
"Kami memiliki 142 pesawat dan menurut perhitungan awal terkait dampak pemulihan saat ini, GIAA kemungkinan akan beroperasi dengan tidak lebih dari 70 pesawat,” ujarnya.
Jumlah armada pesawat tersebut mencakup seluruh sektor usaha GIAA kecuali untuk Citilink. Irfan menyebutkan, Garuda Indonesia saat ini beroperasi dengan 41 pesawat dan tidak dapat menerbangkan armada yang tersisa karena tidak dapat membayarkan utang kepada kreditur selama berbulan-bulan.
Baik Irfan menolak memberi komentar terkait kabar tersebut. Adapun Departemen Corporate Communication Garuda tidak merespons.