Diduga Terkait Kerja Paksa Xinjiang, Kemeja Uniqlo Dilarang Masuk AS

Reporter

Bisnis.com

Kamis, 20 Mei 2021 10:14 WIB

UNIQLO - Dry EX for Men

TEMPO.CO, Jakarta - Bea Cukai Amerika Serikat memblokir pengiriman kemeja Uniqlo Fast Retailing Co. pada Januari karena melanggar perintah yang melarang impor barang-barang yang diduga diproduksi oleh kerja paksa dari Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang milik Cina.

Blokir kemeja katun pria Uniqlo, yang terjadi di Pelabuhan Los Angeles, terungkap dalam dokumen Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai AS tertanggal 10 Mei. Badan tersebut menolak banding oleh Uniqlo untuk melepaskan kemeja tersebut.

Akibat kasus tersebut, saham produsen pakaian jadi asal Jepang ini turun
2,6 persen pada awal perdagangan Tokyo hari ini, 20 Mei 2021.

Uniqlo adalah merek utama pengecer pakaian terbesar di Asia, Fast Retailing, dan didirikan oleh orang terkaya di Jepang Tadashi Yanai. Dokumen bea cukai AS mencatat bahwa Uniqlo telah membantah dan memberikan bukti bahwa kapas mentah yang digunakan untuk memproduksi kemeja tersebut tidak berasal dari Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang.

Namun, menurut Bea Cukai AS, Uniqlo gagal memberikan informasi yang cukup untuk memastikan barang-barang itu tidak diproduksi sebagian oleh kerja paksa di wilayah Xinjiang di Cina.

"Uniqlo kecewa dengan keputusan baru-baru ini dari badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS," kata Fast Retailing dalam sebuah pernyataan, Kamis, 20 Mei 2021.
<!--more-->
Perusahaan menambahkan bahwa pihaknya telah menyerahkan dokumen ke bea cukai AS yang menunjukkan produknya memenuhi semua persyaratan impor.

"Perusahaan memiliki mekanisme yang kuat untuk mengidentifikasi potensi pelanggaran hak asasi manusia dan pekerja," kata pernyataan itu.

Jika menemukan bukti kerja paksa atau pelanggaran hak asasi manusia lainnya pada pemasok, perusahaan berhenti berbisnis dengan pihak terkait. Tidak jelas apakah AS telah memblokir pengiriman lain dari Uniqlo atau merek lain di bawah perintah yang dikeluarkan oleh administrasi Trump pada Desember.

AS, Uni Eropa, dan Inggris telah menjatuhkan sanksi pada pejabat dan barang Cina atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap Uighur di Xinjiang, yang menurut pemerintah Biden merupakan genosida.

Cina menyangkal adanya kerja paksa, menyebutnya sebagai "kebohongan terbesar abad ini," dan mengatakan kebijakannya mengangkat wilayah itu keluar dari kemiskinan, meningkatkan ekonomi dan melawan ekstremisme.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian menegaskan bahwa kerja paksa tidak digunakan di Xinjiang dan menuduh AS melakukan penindasan. "Bisnis yang relevan harus berdiri dan menentang perilaku AS yang tidak dapat dibenarkan," katanya dalam jumpa pers.
<!--more-->
Produsen pakaian global telah terperangkap dalam kontroversi seputar kapas yang bersumber dari Xinjiang, dengan konsumen Cina memboikot merek asing yang mengkritik tindakan negara itu dan pemerintah Barat seperti AS menindak barang-barang yang bersumber dari wilayah tersebut.

Gejolak geopolitik telah menambah ketidakpastian bagi perusahaan pakaian jadi yang telah bertaruh pada Cina untuk mendorong pertumbuhan di masa depan.

Uniqlo tidak menjadi target utama boikot di Cina dibandingkan dengan rival mereka seperti Hennes & Mauritz AB. Yanai, yang juga CEO Fast Retailing, telah berulang kali menolak mengomentari Xinjiang, dengan mengatakan perusahaan tidak melibatkan dirinya dalam masalah politik.

Ada 47 toko Uniqlo di AS pada April. Fast Retailing memiliki sekitar 809 toko Uniqlo di Cina daratan, yang merupakan seperlima dari pendapatan perusahaan.

BISNIS

Baca juga: Buka Gerai di Solo Paragon, Uniqlo: Lima UMKM Kami Gandeng

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

7 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

8 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

12 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

12 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

13 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

13 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

14 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

16 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

17 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

17 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya