Harga Vaksin Gotong Royong Rp 1 Juta, Indef: Ada Ketimpangan

Selasa, 11 Mei 2021 09:51 WIB

Seorang warga kontak erat positif COVID-19 menyaksikan tayangan langsung (live streaming) penyuntikan perdana vaksin CoronaVac di Jawa Tengah melalui kanal Youtube Pemprov Jateng, saat isolasi mandiri di Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Kamis, 14 Januari 2021. Kota Semarang, Kabupaten Semarang, dan Kota Surakarta menjadi tiga daerah di Jawa Tengah yang melaksanakan penyuntikkan perdana tahap pertama vaksin tersebut dengan prioritas utama para tenaga kesehatan yang rentan terpapar COVID-19. ANTARA FOTO/Aji Styawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira Adhinegara, memandang harga vaksin gotong royong yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 500 ribu per dosis atau Rp 1 juta per vaksinasi akan menimbulkan celah kepentingan. Dibandingkan dengan harga vaksin Sinovac untuk program vaksinasi gratis, harga tersebut dinilai terlampau mahal.

“Harga Sinovac saja Rp 245 ribu. Jadi vaksin gotong royong menimbulkan dua celah ketimpangan, yang pertama antara perusahaan yang memiliki kemampuan finansial dan usaha kecil,” ujar Bhima saat dihubungi pada Selasa, 11 Mei 2021.

Sektor usaha dengan kemampuan finansial rendah, kata dia, cenderung sulit menjangkau akses vaksin bagi para pekerjanya. Sektor usaha ini umumnya merupakan yang paling terdampak Covid-19, termasuk UMKM.

Ketimpangan juga terjadi untuk perusahaan yang bergerak di industri padat karya. Dengan jumlah karyawan besar, pengusaha akan kewalahan menyiapkan anggaran untuk semua pekerja. “Apa iya akan digratiskan?” ujar Bhima.

Walhasil, kondisi ini mengakibatkan munculnya opsi potong gaji karyawan untuk vaksinasi. Bhima mempertanyakan pengawasan pemerintah terhadap kemungkinan timbulnya potensi kebijakan ini di lingkungan industri.

Advertising
Advertising

<!--more-->

“Pengawasannya bagaimana kalau sampai dipotong dari gaji atau tunjangan? Sejauh ini paling sulit mengawasi potongan gaji karyawan,” tuturnya.

Bhima melanjutkan, ketimpangan kedua ialah perihal akses vaksin perusahaan yang diduga akan cenderung memprioritaskan pihak manajemen, direksi, dan golongan staf senior. Sementara itu pekerja level bawah disinyalir belum tentu memperoleh jatah dalam waktu yang relatif cepat.

“Kalau satu kantor tidak divaksin semua kan percuma juga. Sedangkan kalau di vaksin semua karyawan akan jadi beban kas perusahaan,” ujar Bhima.

Bhima meminta pemerintah saat ini lebih dulu berfokus pada pelaksanaan vaksin gratis dan menunda vaksin gotong royong. Suplai vaksin yang ada, kata dia, lebih baik difokuskan untuk kelompok prioritas.

Jika akan menggelar vaksin gotong royong, Bhima mengusulkan pemerintah menunggu adanya pemberian paten gratis dari perusahaan vaksin. “Sekarang ada 100 negara yang menuntut WTO agar paten vaksin digratiskan khususnya bagi negara berkembang. Tujuannya agar bisa produksi vaksin sendiri dengan biaya murah,” katanya.

Baca: Vaksinasi Gotong Royong, Bio Farma Usahakan Pasok Vaksin Sinopharm

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

13 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

15 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

45 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

46 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

46 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

47 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

47 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

59 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

6 Maret 2024

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

6 Maret 2024

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani membeberkan sejumlah faktor penyebab naiknya harga kebutuhan pokok,

Baca Selengkapnya