Lo Kheng Hong Lebih Pilih Saham: Kalau Bitcoin, Underlying Asset-nya Apa?

Sabtu, 24 April 2021 11:03 WIB

Lo Kheng Hong. Foto/Instagram

TEMPO.CO, Jakarta - Lo Kheng Hong yakin bahwa saham adalah pilihan yang paling tepat sebagai alat investasi. Meskipun tren harga uang kripto seperti Bitcoin terus meroket, ia tetap pada pendiriannya.

"Saya tidak mau membeli Bitcoin, meskipun dia naik terus. Itu bukan rejeki saya. Itu buat orang lain," kata Lo Kheng Hong seperti dikutip dari video pendek hasil wawancaranya dengan Lukas Setia Atmaja di Instagram @Lukas_setiaatmaja , Jumat, 23 April 2021.

Keyakinan investor kawakan yang dijuluki Warren Buffet-nya Indonesia ini lebih memilih saham ketimbang cryptocurrency seperti Bitcoin didasari pada penyebab kenaikan harga suatu aset.

Di Indonesia, Bitcoin sudah memiliki legalitas. Bitcoin dan aset kripto diatur oleh Kementerian Perdagangan. Indodax sebagai tempat perdagangan kripto secara online saat ini telah terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Bursa Berjangka Komoditi (Bappebti). REUTERS/Dado Ruvic

"Kalau saya membeli saham, ada underlying asset-nya. Ada perusahaannya, ada perusahaan yang bisa produksi, ada aset terlihat," ujar Lo. "Nah, Bitcoin underlying asetnya apa?"

Advertising
Advertising

Oleh karena itu, ia memastikan tidak akan membeli Bitcoin. "Saya tidak berani dan mau membelinya krn Bitcoin tdk ada underlying asset-nya," tuturnya.

Menurut dia, ada orang yang merasa tak bermasalah memiliki Bitcoin. Namun itu tak berarti buat dirinya.

<!--more-->

"Biar Bitcoin dibeli orang-orang lain. Kalau harganya naik, biar rejekinya buat orang lain saja. Saya kurang paham," ucap Lo.

Di akhir video berdurasi 1 menit 39 detik itu, Lo Kheng Hong kembali menegaskan bahwa investasi saham adalah yang terbaik. "Saya masih yakin, saham is the best choice, not Bitcoin. Saham is the best choice, Saham is the best choice, not Bitcoin," katanya.

Pada Jumat lalu, Bitcoin jeblok hingga 3,44 persen ke level US$ 49.904, sementara Ehtereum terperosok lebih dalam hingga melampaui 10 persen ke level US$ 2.140. Padahal kedua mata uang kripto itu sebelumnya sempat menembus rekor tertinggi.

Ilustrasi Bursa Kripto. shutterstock.com

Dikutip dari Reuters, anjloknya Bitcoin dan Ethereum di antaranya dipicu oleh reaksi pasar terhadap rencana Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang akan menaikkan pajak aset digital. Rencana Biden disampaikan pada Kamis lalu saat memaparkan perubahan kode pajak di AS.

Termasuk di antaranya adalah menaikkan pajak hingga dua kali lipat atas capital gain menjadi 39,6 persen untuk orang-orang yang berpenghasilan lebih dari US$ 1 juta. Sentimen itu yang kemudian dinilai pasar sebagai tekanan terhadap investasi digital seperti Bitcoin dan Ethereum.

Baca: Bitcoin Terperosok ke Rp 750,7 Juta Setelah Tembus Rekor Tertinggi, Kenapa?

Berita terkait

Wamen BUMN Sebut Freeport Bisa Produksi 50 Ton Emas Batangan per Tahun: Mulai Mei di Manyar

7 jam lalu

Wamen BUMN Sebut Freeport Bisa Produksi 50 Ton Emas Batangan per Tahun: Mulai Mei di Manyar

Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo menargetkan Indonesia mulai bulan ini bakal memproduksi emas batangan secara mandiri hingga 50 ton per tahun.

Baca Selengkapnya

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

9 jam lalu

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

Startup manajemen restoran dan waralaba kuliner dalam negeri, Runchise, memperoleh pendanaan segar sebesar US$1 juta atau sekitar Rp 16 miliar.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

9 jam lalu

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

Tren harga beberapa saham besar menurun, investasi di reksa dana saham pun terdampak.

Baca Selengkapnya

Puluhan Emak-emak di Depok Kena Modus Investasi Emas Bodong, Kerugian Capai Rp 6 Miliar

11 jam lalu

Puluhan Emak-emak di Depok Kena Modus Investasi Emas Bodong, Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Puluhan emak-emak di Depok menjadi korban penipuan berkedok investasi emas bodong. Kerugian mencapai Rp 6 miliar.

Baca Selengkapnya

Tahun Ini, Investasi di Solo Raya Ditargetkan Tembus Rp 12 Triliun

11 jam lalu

Tahun Ini, Investasi di Solo Raya Ditargetkan Tembus Rp 12 Triliun

Deputi BKPM Nurul Ichwan berharap percepatan pencapaian realisasi investasi pada 2024 bakal menguatkan kolaborasi antardaerah.

Baca Selengkapnya

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

1 hari lalu

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

Xenophobia sebagai fenomena psikologis melibatkan ketakutan, ketaksukaan, atau kebencian ke individu atau kelompok yang dianggap asing atau beda.

Baca Selengkapnya

Jelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih

1 hari lalu

Jelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih

Kadin menggelar panel diskusi sebagai rangkaian dari SIWW 2024. Akses terhadap air bersih masih menjadi tantangan sejumlah wilayah di Indonesia.

Baca Selengkapnya

BRI Danareksa dan Succor AM Jalin Kerja Sama, Bidik Kenaikan AUM 50 Persen

1 hari lalu

BRI Danareksa dan Succor AM Jalin Kerja Sama, Bidik Kenaikan AUM 50 Persen

Sucor Aset Management menjalin kerja sama dengan BRI Danareksa Sekuritas untuk distribusi produk investasi reksa dana. Seperti apa targetnya tahun ini

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

1 hari lalu

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

Bank CIMB Niaga bekerja sama dengan Principal Indonesia untuk meluncurkan Reksa Dana Syariah Principal Islamic ASEAN Equity Syariah.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

1 hari lalu

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

Eks menteri keamanan Panama memenangkan pilpres setelah menggantikan mantan presiden Ricardo Martinelli dalam surat suara.

Baca Selengkapnya