Pendapatan KAI Bakal Turun Akibat Larangan Mudik, KA Logistik Bisa Membantu?
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 10 April 2021 19:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Laksana memprediksi kinerja angkutan kereta logistik belum mampu menopang penurunan pendapatan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI selama Lebaran 2021. Pada Ramadan hingga Lebaran nanti, jumlah penumpang KAI diperkirakan anjlok lantaran pemerintah melarang kegiatan mudik.
“Kereta logistik belum mampu menutupi penurunan jumlah penumpang. Jadi KA logistik tidak dalam posisi bisa menggantikan hilangnya potensi tersebut,” kata Aditya saat dihubungi pada Sabtu, 10 April 2021.
Aditya tak menampik bahwa volume angkutan kereta barang atau logistik yang membawa kebutuhan bahan-bahan pokok akan meningkat selama Ramadan hingga Lebaran. Namun, peningkatan kinerja sektor ini disinyalir hanya mencapai 10 persen atau jauh lebih kecil dari potensi hilangnya jumlah penumpang.
Penurunan jumlah penumpang kereta, kata Aditya, bisa menyentuh 90 persen bila berkaca pada kondisi periode mudik Lebaran tahun lalu. Dengan begitu, porsi antara peningkatan angkutan barang dan penurunan angkutan penumpang tak sebanding.
“Dalam jangka panjang, mungkin angkutan barang memiliki potensi yang bisa dieksplorasi lagi. Namun ini butuh waktu,” ujar Aditya.
<!--more-->
Di masa larangan mudik Lebaran nanti, KAI diduga tak hanya kehilangan jumlah penumpang regulernya, tapi juga potensi pertambahan pendapatan dari kereta fakultatif atau tambahan yang umumnya beroperasi saat hari raya. Pada masa normal sebelum pandemi Covid-19, KAI bisa meraup peningkatan pendapatan sebesar 15-20 persen.
Untuk memulihkan kinerja KAI di tengah tekanan yang berat karena pandemi, Aditya mengatakan ada tiga tahap yang mesti ditempuh. Pertama, wabah Covid-19 harus betul-betul teratasi. Bila situasi aman, jumlah penumpang angkutan umum akan kembali naik.
Kedua, setelah penyebaran Covid-19 mereda, KAI membutuhkan pelonggaran terhadap kapasitas angkut yang selama ini masih dibatasi—yakni maksimal 70 persen untuk angkuan jarak jauh dan 40 persen untuk aglomerasi. Ketiga, saat situasi mendekati normal, KAI bisa menambah jumlah frekuensi keretanya.
“Harapannya dengan vaksinasi, protokol kesehatan dilakukan disiplin, mobilitas penumpang bisa naik dan frekuensi kereta makin tinggi sehingga secara bertahap KAI akan mulai pulih,” ujar Aditya.
Baca: Gempa 6,7 M Guncang Jawa Selatan, KAI: Perjalanan Kereta Aman