Komisaris independen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Zannuba Arifah CH. R (Yenny Wahid) bersama Komisaris Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk,Triawan Munaf memberikan keterangan usai melakukan pertemuan dengan pimpinan KPK, di gedung KPK, Jakarta, Rabu, 19 Agustus 2020. Dalam pertemuan ini Garuda meminta KPK untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap tata kelola perusahaan termasuk profesionalisme dan akutanbilitas di PT Garuda Indonesia (Persero), demi mencegah terjadinya kembali kasus korupsi. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) bekerja ekstra keras menghasilkan pendapatan dari sektor nonpenumpang menghadapi larangan mudik yang telah ditetapkan oleh pemerintah supaya bisa mengejar ketertinggalan performa tahun ini.
Komisaris Garuda Indonesia Yenny Wahid menuturkan, dengan adanya larangan mudik tersebut, membuat proyeksi bisnis yang telah disusun perseroan sedikit meleset. Emiten berkode saham GIAA akan mengupayakan pendapatan dari sektor lain, utamanya kargo.
Terlebih, pada momentum Idul Fitri, sebagian masyarakat masih saling berkirim paket lebaran.
“Buat Garuda larangan mudik membuat proyeksi bisnis yang kami hitung jadi meleset. Kami harus bekerja keras untuk bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari sisi kargo misal. Dari situ kami coba perbaiki dan tingkatkan layanan dengan diskon menarik, bersaing karena kompetitor saingan bukan maskapai tapi ekspedisi,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis, 8 April 2021.
Di sisi lain, Yenny Wahid juga bergembira karena ternyata kinerja kargo GIAA meningkat dan masih bisa dieksplorasi lebih jauh. Dia tak menampik kondisi penumpang maskapai pelat merah tersebut hingga kini belum optimal.
Namun maskapai dengan jenis layanan penuh tersebut pernah mencatatkan rekor tertinggi pada saat libur panjang tahun lalu hingga sebanyak 20 ribu penumpang per hari dari yang biasanya hanya sebesar 3.000 orang per hari. <!--more--> Saat ini, Garuda juga masih memberlakukan prosedur jaga jarak dengan mengangkut penumpang yang dibatasi.
Yenny berharap para pemegang saham dapat mengerti kondisi maskapai BUMN tersebut supaya ada tindakan penyelamatan secara konkret. Secara fundamental, dia optimistis prospek Garuda tetap besar karena Indonesia sebagai negara kepulauan masih membutuhkan angkutan udara.
Namun, memang tak bisa dipungkiri saat ini GIAA bergulat untuk mengatasi masalah jangka pendek soal renegosiasi dan restrukturisasi utang.
“Saat ini semuanya hanya bisa menganalisa [pemulihan transportasi udara]. Paling optimistis kuartal III 2021 ini kami berharap ada peningkatan. Saya rasa Garuda bisa lebih baik kalau ada keleluasaan dari pemegang saham memberikan perhatian dalam bentuk pendanaan,” katanya.