Foto udara kerusakan akibat banjir bandang di Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa 6 April 2021. Cuaca ekstrem akibat siklon tropis Seroja telah memicu bencana alam di sejumlah wilayah di NTT dan mengakibatkan rusaknya ribuan rumah warga dan fasilitas umum. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
TEMPO.CO, Kupang - Sebagian pasar tradisional di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengalami penurunan pembeli akibat dampak bencana alam badai siklon tropis seroja yang melanda daerah ini pada 4-5 April 2021.
"Selama dua hari ini masih sepi pembeli. Bahkan banyak pedagang tidak membuka usahanya karena masih konsentrasi untuk perbaikan rumah yang rusak karena terjangan angin kencang," kata Melki Adoe, pedagang di Pasar Kasih Naikoten di Kupang, Selasa, 6 April 2021.
Menurut dia, badai siklon tropis Seroja berdampak pada kegiatan usaha pedagang di Pasar Kasih Naikoten yang sepi dari kunjungan pembeli.
Ia mengatakan lapak usaha milik para pedagang terpaksa ditutup karena selain sepi pengunjung juga karena listrik masih padam.
"Pada malam kami hanya menggunakan lilin sebagai penerangan karena jaringan listrik masih banyak belum dibenahi," kata Melki.
Kondisi serupa juga terjadi di pasar tradisional Oebobo, Kota Kupang yang masih sepi pengunjung. <!--more--> "Pedagang yang masih beraktivitas hanya pedagang sayur, ikan dan daging dan yang lain masih tutup," kata seorang pedagang, Mira.
Menurut dia, sejak terjadinya bencana alam aktivitas perdagangan di pasar Oebobo sangat sepi karena pengunjung. "Pendapatan kami menurun karena tidak ada pembeli yang datang berbelanja," kata Mira.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan jumlah korban jiwa akibat banjir bandang di NTT hingga Selasa pukul 15.00 WIB sebanyak 86 orang.