Jika Pemerintah Impor Beras 1 Juta Ton, Buwas Sebut Bulog Akan Sulit Menyalurkan
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 16 Maret 2021 11:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso angkat bicara menanggapi rencana pemerintah soal impor beras 1 juta ton dalam waktu dekat ini.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR pada Senin, 15 Maret 2021, pria yang akrab disapa Buwas ini mengaku kesulitan dalam menyalurkan beras yang ada di gudang milik perseroannya.
Secara umum, kata Buwas, pihaknya siap menampung beras, bahkan hingga 3,6 juta ton sesuai kapasitas gudang Bulog di seluruh Indonesia. Tapi ia juga meminta agar ada pangsa pasar untuk menyalurkan beras yang diserap.
"Kalau kami membeli sebanyak apapun kami siap, asalkan hilirnya dipakai," ujar Buwas.
Ia menjelaskan, saat ini Bulog telah kehilangan pangsa pasar sebesar 2,6 juta ton beras per tahun. Pasalnya, Program Rastra (beras untuk keluarga sejahtera) telah diganti oleh pemerintah menjadi Bantuan Pangan Nontunai (BPNT).
Artinya, bila semula masyarakat mendapatkan bansos berupa beras dari Bulog, kini diberikan bantuan secara nontunai yang bisa dibelanjakan sendiri oleh masyarakat penerima manfaat di warung-warung yang bekerja sama dengan Kementerian Sosial.
Per 14 Maret 2021 persediaan beras di gudang Bulog mencapai 883.585 ton. Rinciannya adalah 859.877 ton merupakan stok cadangan beras pemerintah (CBP), dan sisanya sebanyak 23.708 ton stok beras komersial.
<!--more-->
Dari jumlah stok CBP tersebut, kata Buwas, ada beras turun mutu eks impor tahun 2018 sebanyak 106.642 ton dari total impor beras tahun 2018 sebesar 1.785.450 ton. Sementara beras yang sudah dalam masa simpan tahunan keseluruhannya berjumlah 461 ribu ton.
Pada saat ini, beras sisa impor tahun 2018 yang masih tersedia di gudang Bulog yaitu 275.811 ton. Hampir separuh atau 106.642 ton di antaranya mengalami turun mutu.
Ia pun mengingatkan rencana pemerintah dengan kesalahan impor beras tahun 2018. Pada tiga tahun silam, kata Buwas, rata-rata jenis beras yang diimpor merupakan jenis beras pera yang tidak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia.
Akibatnya, penyaluran beras impor itu sangat sulit dilakukan. Bulog pun perlu mencampur beras impor tersebut dengan beras produksi dalam negeri agar bisa disalurkan ke masyarakat.
Hingga Maret tahun lalu, beras impor tahun 2018 masih tersisa sekitar 900 ribu ton. Beras ini yang kemudian digunakan untuk penyaluran bantuan sosial dari Kementerian Sosial dan bantuan langsung dari Presiden kepada masyarakat dalam menanggulangi dampak ekonomi akibat pandemi.
Tapi nyatanya beras itu hanya bisa tersalurkan sekitar 450 ribu ton. Sisanya, hingga kini sebanyak 275.811 ton beras impor tahun 2018 masih tersimpan di gudang Bulog dengan 106.642 ton di antaranya sudah mengalami turun mutu.
Untuk menyiasati kondisi turun mutu itu, kata Buwas, beras sisa impor tahun 2018 itu akan diolah menjadi tepung. Pengolahan beras impor itu akan ditangani oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. Tapi kini Bulog sudah mendapatkan penugasan impor beras 1 juta ton kendati sisa impor beras tahun 2018 belum diselesaikan.
ANTARA
Baca: Pemerintah Berencana Impor 1 Juta Ton Beras