6 Fakta Penambahan Investasi Rp 11,2 T Mitsubishi dan Komitment Asics di RI
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Martha Warta Silaban
Jumat, 12 Maret 2021 07:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan pertemuan dengan sejumlah perusahaan dan asosiasi bisnis di Jepang. Salah satu hasilnya yaitu komitmen dari perusahaan otomotif Mitsubishi untuk menambah investasinya di Indonesia.
"Sebesar Rp 11,2 triliun pada tahun 2025," kata Agus Gumiwang dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu, 10 Maret 2021.
Tempo merangkum sejumlah fakta dari komitmen investasi dari Mitsubishi dan beberapa perusahaan lainnya. Berikut di antaranya:
1. 250 Ribu Unit
Menurut Agus, komitmen penambahan investasi ini diprediksi akan membuat terjadinya peningkatan kapasitas produksi dari raksasa otomotif tersebut. Dari saat ini 220 ribu unit menjadi 250 ribu. “Mereka juga akan mengembangkan dua model mobil electric vehicle (EV),” kata Agus dalam pertemuan yang berlangsung di Tokyo, Jepang.
2. Ekspor 39 Negara
Selain itu, Agus menyebut Mitsubishi juga berkomitmen memberikan izin tambahan ekspor ke sembilan negara. Dari semula 30 negara menjadi ke 39 negara.
Menurut Agus, ini memang salah satu misi pemerintah Indonesia datang ke Jepang, yaitu melobi prinsipal Jepang untuk bisa memberikan izin. "Agar mobilnya diberikan perluasan terhadap tujuan ekspor. Ini sudah mendapat komitmen dari Mitsubishi,” kata dia.
Dalam pertemuan tersebut, Agus mendorong Mitsubishi melakukan ekspor mobil ke Australia. Sebab, perjanjian kerja sama antara Australia dengan Indonesia (IA-CEPA) telah berjalan.<!--more-->
3. Setelah Diskon Pajak
Kunjungan ke Jepang ini dilakukan pemerintah Indonesia setelah menerbitkan stimulus pajak diskon 0 persen untuk mobil baru. Sebelumnya pada 11 Februari 2021, pemerintah telah memberikan insentif Pajak Penjualan Barang atas Barang Merah (PPnBM) untuk menggenjot industri otomotif di Tanah Air.
Potongan pajak diberikan untuk mobil 1.500 cc ke bawah dalam tiga skema yaitu 100 persen (Maret-Mei 2021), 50 persen (Juni-Agustus 2021), dan 25 persen (September-November 2021). Usai insentif terbit, pemerintah memang berencana melobi pabrikan otomotif di Jepang.
4. Khawatir soal Stok
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan pemerintah pada dasarnya ingin kebijakan diskon pajak ini cepat diumumkan karena pabrikan Jepang sudah menyiapkan rencana tahunan mereka pada April 2021.
Lutfi khawatir, ketika pabrikan otomotif ini akan menyetop produksi dan menutup pabriknya saat melihat stok mobil di Indonesia masih tinggi. Jika hal itu terjadi, Lutfi khawatir, kegiatan produksi mobil-mobil seperti Pajero, Expander, hingga Fortuner, akan dipindahkan dari Indonesia ke Thailand.
"Ini bakal jadi masalah baru. Sudah jatuh ketiban tangga," kata dia dalam wawancara bersama Tempo pada Kamis petang, 18 Februari 2021.<!--more-->
5. Melobi Jepang
Sehingga, lahirlah kebijakan PPnBM 0 persen untuk menggenjot penjualan mobil. Lalu, pemerintah akan mengajukan permintaan kepada pabrikan otomotif Jepang.
"Saya kepingin kalau boleh minta alokasi untuk bisa mengekspor mobil-mobil mereka itu 120 ribu ke Australia," kata Lutfi.
Sebagai gambaran, nilai ekspor otomotif dari Indonesia mencapai US$ 6,6 miliar. Dari hitungannya, jika lobi tersebut dipenuhi oleh pabrikan Jepang, maka ada tambahan nilai ekspor sekitar US$ 4 miliar. "Jadi mudah-mudahan US$ 10 miliar tahun ini datang dari industri otomotif," kata dia.
6. Relokasi Pabrik Asics
Selain dengan Mitsubishi, Agus juga bertemu dengan produsen sepatu asal Jepang, Asics. Menurut Agus, perusahaan itu menyatakan komitmennya untuk mengembangkan produksi di Indonesia, antara lain di Cirebon, Jawa Barat dan Tegal, Jawa Tengah yang akan mulai produksi pada Januari 2022.
Kemudian di Pemalang, Jawa Tengah yang akan mulai produksi pada Maret 2023. Perusahaan tersebut juga berencana merelokasi fasilitasnya dari Cina ke Indonesia.“Menarik karena Asics mengekspor hampir 90 persen produk yang dihasilkan di Indonesia ke negara-negara besar seperti Amerika Serikat,” kata Agus.
Baca Juga: Menperin: Belum Ada Negosiasi dengan Tesla, Bagaimana Bisa Dianggap Macet?