Penyaluran Kredit Perbankan di Tahun 2021 Diprediksi Masih Seret

Jumat, 29 Januari 2021 05:29 WIB

Wartawan tengah melihat secara daring pemaparan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu, 29 April 2020. Bank Indonesia (BI) mengumumkan bid yang masuk untuk Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 44,4 triliun. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan kredit tahun ini diproyeksi masih loyo. Upaya perbankan menggenjot penyaluran kredit tak mudah karena masih lesunya permintaan dan tingginya risiko gagal bayar yang membayangi akibat dampak pandemi Covid-19.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede berujar laju pertumbuhan belum akan bergulir kencang, sebab hingga akhir tahun lalu nominal penyaluran kredit masih terus mengalami penurunan. Secara akumulatif, kredit perbankan tercatat tumbuh negatif -2,7 persen sepanjang 2020.

“Pertumbuhan kredit diperkirakan belum akan meningkat secara signifikan, khususnya pada paruh pertama 2021,” ujar Josua kepada Tempo, Kamis 28 Januari 2021. Terdapat sejumlah tantangan yang mengganjal kinerja penyaluran kredit, utamanya adalah pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi, serta distribusi vaksin yang masih berjalan pada fase awal.

Peningkatan aktivitas ekonomi yang menstimulus ekspansi pelaku usaha menurut dia menjadi kunci pendorong permintaan kredit, “Ekspansi bisnis usaha di sisi lain juga akan mendorong peningkatan daya beli masyarakat sehingga kredit konsumsi kembali bertumbuh,” katanya.

Advertising
Advertising

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan kredit perbankan diyakini akan bangkit di tahun ini. Proyeksi optimistis pertumbuhan kredit di kisaran 7,5 persen tersebut awalnya akan dimotori oleh kebangkitan segmen usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Hal itu tak terlepas dari pelbagai insentif yang digelontorkan pemerintah sepanjang masa pandemi, mulai dari subsidi bunga, subsisi premi penjaminan kredit, serta penempatan dana pemerintah di perbankan untuk disalurkan pada kredit UMKM. Berikutnya, segmen korporasi diprediksi bakal menyusul bangkit secara perlahan. “Kredit bisa kembali normal untuk mengompensasi kinerja tahun sebelumnya, kami perkirakan 7,5 plus minus 1 persen,” kata Wimboh.

<!--more-->

Optimisme serupa disuarakan oleh Bank Indonesia yang memasang proyeksi pertumbuhan kredit 2021 sebesar 7 -9 persen. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan momentum pemulihan ekonomi mendukung upaya perbaikan kinerja penyaluran kredit. “Terlebih kondisi likuiditas perbankan sudah sangat cukup dan didukung oleh suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate yang rendah,”

Bahkan level suku bunga acuan saat ini merupakan level terendah sepanjang sejarah yaitu sebesar 3,75 persen. Perry menambahkan dari sisi risiko, kebijakan perpanjangan relaksasi restrukturisasi kredit hingga 2022 diyakini bakal meringankan beban perbankan dan pelaku sektor riil.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan proyeksi otoritas dan bank sentral tersebut berpotensi meleset, karena pemulihan ekonomi yang cenderung bergerak lambat. “Targetnya masih overshoot, apalagi bank juga dalam posisi berhati-hati menyalurkan pinjaman baru,” ujarnya. Tingkat risiko kredit bermasalah masih mengancam perbankan, meski setelah relaksasi selesai dilakukan. “Beberapa debitur terancam tidak bisa melunasi pinjaman walau sudah direstrukturisasi.”

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menuturkan jika dibandingkan dengan tahun lalu, pertumbuhan kredit 2021 memang berpotensi jauh lebih baik. “Namun realistisnya belum akan setinggi 7 persen, masih di kisaran 3-4 persen,” ucapnya.

Pengendalian pandemi yang belum sepenuhnya optimal masih membayangi laju pemulihan ekonomi, sehingga lebih lambat dibandingkan dengan ekspektasi pemerintah sebelumnya. “Kondisi rendahnya permintaan kredit seperti yang terjadi pada tahun lalu masih berpeluang terjadi di tahun ini.” Percepatan pelaksanaan program vaksinasi yang efektif pun bakal menjadi faktor penentu pendorong pemulihan ekonomi.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan dibutuhkan terobosan kebijakan untuk menggenjot penyaluran kredit secara signifikan. “Kami belum melihat adanya gejala pembalikan arah perkembangan pertumbuhan kredit, jadi kelihatannya masih akan negatif kalau tidak melakukan kebijakan agresif untuk memberi stimulus kepada sektor riil,” katanya.

Menurut Purbaya, hal ini turut menjadi fokus pembahasan di dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yaitu agar dana yang saat ini banyak mengendap di perbankan dapat segera tersalurkan. “Kami berharap gerak pertumbuhan dapat mulai terjadi di Februari mendatang.”

BACA: Bank Indonesia Injeksi Likuiditas Perbankan Rp 726,57 T pada 2020

Berita terkait

Wabup Kukar Rendi Solihin Dialog dengan Pelaku UMKM di Sanga-sanga

9 jam lalu

Wabup Kukar Rendi Solihin Dialog dengan Pelaku UMKM di Sanga-sanga

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar berkomitmen untuk terus membersamai pelaku UMKM

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House di Depok

15 jam lalu

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House di Depok

Presiden Jokowi mengharapkan pembukaan IDHT memperkuat ekosistem digital lokal.

Baca Selengkapnya

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

1 hari lalu

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

Presiden Jokowi nge-prank jurnalis yang sudah menuggu sekitar setengah jam untuk sesi wawancara cegat atau doorstop.

Baca Selengkapnya

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

2 hari lalu

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

Solo Great Sale 2024 (SGS 2024) diharapkan menjadi sarana para pelaku UMKM memasarkan produknya.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tegaskan Aturan Sertifikasi Halal UMKM Berlaku per Oktober 2024: Kalau Enggak, Kapan Siapnya?

2 hari lalu

Zulhas Tegaskan Aturan Sertifikasi Halal UMKM Berlaku per Oktober 2024: Kalau Enggak, Kapan Siapnya?

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas meminta para pengusaha pangan untuk segera memenuhi standar sertifikasi halal hingga Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

3 hari lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

3 hari lalu

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

Sebanyak 1.213 BPR dan BPRS telah memenuhi ketentuan modal inti sebesar Rp 6 miliar. Masih ada lima persen yang belum.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

4 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

4 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

4 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya