TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia lewat Global Economic Prospect yang terbit 5 Januari 2021, memprediksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat 3,5 persen pada tahun ini, setelah turun 3,6 persen pada 2020.
Angka itu 0,5 poin persen lebih rendah dari proyeksi sebelumnya karena tertahan di awal tahun oleh permintaan yang lemah di tengah pembatasan baru dan kebangkitan Covid-19 secara luas.
"Penurunan aktivitas AS pada paruh pertama tahun 2020 hampir tiga kali lebih besar dari penurunan puncak selama krisis keuangan global, menggarisbawahi kedalaman resesi," tulis Bank Dunia dalam laporannya, dikutip Rabu, 6 Januari 2021.
Sementara itu, Cina sebagai rival dan ekonomi terbesar kedua di dunia diperkirakan akan melesat tumbuh 7,9 persen tahun ini setelah menjadi satu-satunya negara yang berekspansi pada 2020 sekitar 2 persen. Pertumbuhan 2022 diprediksi moderat pada angka 5,2 persen.
Pemulihan Cina solid tetapi tidak merata, dengan layanan konsumen tertinggal dari produksi industri. Tahun lalu, pertumbuhan impor Cina tertinggal dari rebound ekspor, berkontribusi pada melebarnya surplus neraca berjalan.
Sedangkan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif menyebabkan peningkatan tajam dalam defisit pemerintah dan total utang. Dukungan kebijakan fiskal, yang semula difokuskan pada pemberian keringanan dan peningkatan investasi publik, mulai melambat. <!--more--> Sementara di AS, kegiatan diperkirakan akan menguat pada paruh kedua tahun ini dan meningkat lebih lanjut tahun depan, karena peningkatan manajemen Covid-19, dibantu oleh vaksinasi yang sedang berlangsung sehingga memungkinkan pelonggaran langkah-langkah pengendalian pandemi.
Meskipun diperkirakan ada peningkatan 3,3 persen pada 2022, output diproyeksikan tetap 2,1 persen di bawah tren prapandemi pada tahun itu, terbebani oleh pasar tenaga kerja dan berkurangnya potensi output.
Potensi dukungan fiskal tambahan dan manajemen pandemi yang lebih baik selama jangka waktu perkiraan dapat menghasilkan hasil pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan.