TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi atau Nusantara Investment Authority (NIA) memperoleh komitmen suntikan dana dari Jepang dan Amerika Serikat. Modal dari kedua negara berjumlah US$ 6 milar atau Rp 85,7 triliun (kurs Rp 14.294).
“Pemerintah memberi kepastian, pada prinsipnya berbagai bidang (investasi) dibuka kecuali yang dinyatakan tertutup oleh undang-undang,” ujar Airlangga dalam Outlook Perekonomian Indonesia pada Selasa, 22 Desember 2020.
Airlangga merinci, komitmen investasi dari Jepang akan disalurkan melalui Japan Bank for International Cooperation atau JBIC dengan nilai US$ 4 miliar. Sedangkan komitmen dari Amerika Serikat akan diberikan melalui US International Development Finance Corporation (IDFC) senilai US$ 2 miliar.
Komitmen dari kedua negara akan ditambahkan dengan modal pemerintah yang dibenamkan untuk SWF. Berdasarkan beleid yang diterbitkan, Pemerintah Indonesia telah siap menyuntik modal awal Rp 75 triliun untuk pembentukan SWF. SWF diharapkan bisa menarik dana investasi mencapai tiga kali lipat dari ekuitas.
Adapun SWF akan beroperasi pada awal 2021. Lembaga pembiayaan ini dipayungi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2020 tentang Modal Awal Lembaga Pengelola Investasi dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengatakan lima negara telah tertarik berpartisipasi dalam pembentukan SWF.
Selain Amerika Serikat dan Jepang, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Kanada disebut bakal bergabung. “Dalam situasi pandemi, kita harus mampu bergerak cepat, memperkuat kerja sama, dan sinergi,” ujar Jokowi. <!--more--> SWF merupakan lembaga untuk pembiayaan baru yang berbentuk penyertaan modal serta ekuitas. SWF menjadi salah satu kerangka pemulihan ekonomi pasca-pagebluk. Komponen pertumbuhan ekonomi melalui SWF tidak hanya berasal dari permintaan domestik, tapi juga investasi.
Jokowi menyebutkan, SWF akan membantu menyehatkan perekonomian Indonesia, terutama di sektor infrastruktur dan energi. Jokowi berharap kondisi ekonomi pada 2021 sudah membaik dengan adanya dorongan untuk peningkatan investasi dan pemulihan ekspor serta konsumsi.