Pandemi, Emirates Group Pertama Kali dalam 30 Tahun Merugi USD 3,8 Miliar

Jumat, 13 November 2020 14:02 WIB

Pesawat Emirates Airline terparkir di bandara Dubai International Airport, Dubai. Sumber: [Imre Solt / Wikipedia/middleeastmonitor.com]

TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang disertai dengan kebijakan lockdown di sejumlah negara memukul industri penerbangan, tak terkecuali Emirates Group. Perusahaan ini mencatat kerugian tengah tahun untuk pertama kalinya selama lebih dari 30 tahun senilai US$ 3,8 miliar atau sekitar Rp 53,9 triliun (kurs Rp 14.203 per dolar AS).

Chairman dan Chief Executive Emirates Airline dan Group Yang Mulia (YM) Sheikh Ahmed bin Saeed Al Maktoum menyebutkan keuangan perusahaan memburuk karena sejak awal tahun ini sejumlah negara memberlakukan lockdown. Walhasil, lalu lintas penumpang udara berhenti total.

Selama pandemi ini, pendapatan Emirates Group jeblok hingga 74 persen menjadi AED13,7 miliar (US$ 3,7 miliar). Padahal tahun lalu perusahaan masih mencatat laba sebesar AED 1,2 miliar (US$ 320 juta).

Kerugian untuk pertama kalinya ini dipengaruhi oleh pembatasan penerbangan dan perjalanan di seluruh dunia yang tidak pernah terjadi sebelumnya. “Dalam situasi yang tidak pernah terjadi sebelumnya di industri penerbangan dan perjalanan, Emirates Group mencatat kerugian tengah tahun untuk pertama kalinya dalam lebih dari 30 tahun,” kata Syeikh Ahmed melalui siaran pers, Kamis, 12 November 2020.

Sepanjang April hingga 30 September 2020, maskapai berbasis di Dubai ini mengangkut 1,5 juta penumpang. Jumlah itu anjlok 95 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Selama enam bulan pertama tahun 2020, Emirates telah menghentikan 3 pesawat lama dari armadanya sebagai bagian dari strategi jangka panjangnya untuk meningkatkan efisiensi.

Selain itu, Emirates menangguhkan penerbangan penumpang pada 25 Maret 2020 untuk sementara waktu bekerja sama dengan pemerintah dan kedutaan untuk mengoperasikan layanan repatriasi hingga Bandara Internasional Dubai (DXB) dibuka kembali untuk penumpang transit dan penerbangan penumpang terjadwal.

Selama periode ini pula, volume kargo yang diangkut Emirates sebesar 0,8 juta merosot sebesar 35 persen. Kendati demikian Emirates masih dapat mengangkut volume kargo sebesar 65 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Hal ini menunjukkan fleksibilitas divisi kargo yang luar biasa dalam mengadaptasi operasinya untuk menyediakan layanan angkutan udara dalam keadaan baru ini.
Lebih jauh, Syeikh Ahmad berharap pemulihan ekonomi bisa cepat terjadi seiring tersedianya vaksin Covid-19. Perusahaan juga sedang mempersiapkan diri untuk melayani peningkatan permintaan tersebut.

Saat ini pihaknya cukup berhasil memanfaatkan cadangan kas yang kuat untuk memastikan masih memiliki akses ke pendanaan yang cukup dalam menopang seluruh bisnis. Pada setengah tahun pertama 2020/2021, pemegang saham telah menyuntikkan dana senilai US$ 2 miliar ke Emirates melalui investasi ekuitas guna mendukung pemulihan.

BISNIS

Baca: Bangkrut, Thai Airways Kini Jual 34 Pesawat Buatan Boeing dan Airbus

Berita terkait

Tips Menghindari Kursi Pesawat Tanpa Jendela Menurut Pakar Penerbangan

9 jam lalu

Tips Menghindari Kursi Pesawat Tanpa Jendela Menurut Pakar Penerbangan

Ada cara untuk menghindari kursi pesawat tanpa jendela, namun tidak mudah.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

1 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Budi Karya Minta Aset Bandara Tuanku Tambusai Segera Dilimpahkan ke Kemenhub

1 hari lalu

Budi Karya Minta Aset Bandara Tuanku Tambusai Segera Dilimpahkan ke Kemenhub

Budi Karya menginstruksikan agar aset Bandara Tuanku Tambusai, Riau diserahkan ke Kementerian Perhubungan.

Baca Selengkapnya

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

1 hari lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

1 hari lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Dampak Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Ditutup hingga Pukul 10.00 WITA Hari Ini

1 hari lalu

Dampak Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Ditutup hingga Pukul 10.00 WITA Hari Ini

Penutupan Bandara Sam Ratulang Manado diperpanjang hingga pagi hari ini, Ahad, 5 Mei 2024, pukul 10.00 WITA.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

1 hari lalu

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

Kejaksaan Tinggi membuka peluang mengembangkan kasus dugaan pemerasan Bendesa Adat di Bali.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

2 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

2 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

2 hari lalu

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

Kejaksaan Tinggi Bali menangkap seorang Bendesa Adat karena diduga telah memeras seorang pengusaha untuk rekomendasi izin investasi.

Baca Selengkapnya