TEMPO Interaktif, Jakarta:Gubernur Bank Indonesia Syahril Sabirin yang ditemui hari ini di Kantor Pusat BI berpendapat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS beberapa hari terakhir disinyalir sebagai akibat dari pembelian dolar yang dilakukan pasar dalam jumlah besar. Terutama yang dilakukan pengusaha untuk memenuhi kebutuhan riilnya. “Tapi melemahnya kan hanya sedikit-sedikit,”tambahnya. Syahril mengatakan tetap optimistis kalau indikator-indikator ekonomi terjaga baik secara konsisten, rupiah akan menguat kembali. Terhadap kemungkinan penurunan ini terus berlanjut, ia menyebutkan harus dilihat perkembangan inflasi di bulan Juni dan bulan-bulan seterusnya. Karena inflasi sangat berpengaruh pada stabilitas nilai tukar. Kebijakan BI dalam semester II ini, papar Syahril, juga terutama mengamati perkembangan nilai tukar rupiah. BI sendiri, kata dia, berharap Rupiah akan stabil pada tingkat seperti sekarang ini. Tanpa menjelaskan lebih jauh, Syahril melanjutkan, kebijakan BI lainnya untuk semester II adalah mengamati perkembangan suku bunga. Mengenai hal ini, Syahril mengatakan, jika inflasi tetap baik seperti bulan-bulan sebelumnya, masih terbuka kemungkinan suku bunga untuk terus turun. “Walaupun tentu penurunannya tidak sebanyak seperti bulan-bulan lalu,” tegasnya. Setidaknya pada Jumat dan Kamis kemarin, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS terus melemah. Untuk Jumat saja, Rupiah terkoreksi 30 poin menjadi Rp 8.715 dibanding sehari sebelumnya Rp 8.685. Sedangkan nilai tukar hingga pukul 17:35 WIB hari ini, Rupiah kembali melemah 15 poin menjadi Rp 8.730. (Ucok Ritonga-Tempo News Room)
Berita terkait
Pemerintah akan Tenderkan Operator Jalan Tol IKN
7 menit lalu
Pemerintah akan Tenderkan Operator Jalan Tol IKN
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pengelola operator Jalan Tol IKN akan ditentukan melalui tender.