Ekonom: Pertumbuhan Investasi Bergantung Pemulihan Konsumsi Masyarakat

Kamis, 5 November 2020 06:28 WIB

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono melihat pameran foto Menjelajah Infrastruktur Indonesia di Summarecon Mal Bekasi, Ahad, 22 Oktober 2017. Tempo/Hendatyo Hanggi

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) I Kadek Dian Sutrisna Artha menuturkan peluang pertumbuhan investasi pada 2021 sangat bergantung pada seberapa besar pemulihan konsumsi masyarakat. Merujuk dari kontribusi produk domestik bruto (PDB) Indonesia, tingkat konsumsi masih mendominasi sebesar 55 persen. Sementara, kontribusi investasi masih sekitar 30 persen. Pertu

"Jadi kalau ada stimulus PEN (pemulihan ekonomi nasional) diberikan mayoritas untuk konsumsi, akan memberikan daya ungkit yang besar dan cepat pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, termasuk investasi," ujar Kadek, Rabu 4 November 2020.

Stimulus ekonomi saat ini dirancang untuk merangsang konsumsi masyarakat miskin dan rentan miskin lebih besar. Dengan permintaan yang membaik, ujar Kadek, maka ini akan memperbaiki sisi penawaran (supply) yang berujung pada pemulihan investasi. Selain itu, Kadek berujar pemerintah perlu menyeimbangkan antara konsumsi dan investasi antara tujuan untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut Kadek, ada perbedaan krisis ekonomi yang terjadi pada 1998 dengan saat ini.
Pada 1998, krisis ini memberikan dampak pada permintaan dan penawaran. Kondisi perekonomian saat itu disertai inflasi tinggi karena memberikan dampak yang lebih besar terhadap sisi penawaran dibandingkan permintaan. Kalau saat ini, kondisi ekonomi terkontraksi tetapi harga relatif stabil bahkan tingkat inflasi turun akibat permintaan terganggu.

"Jadi efektivitas program PEN sangat tergantung apakah bisa memulihkan sisi permintaan diikuti penawaran. Ini yang pada akhirnya generate (menghasilkan) investasi," ujar Kadek.

<!--more-->

Staf Khusus Kemenerian Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi, Masyita Crystallin, berujar pemulihan investasi masih menantang.

Menurut dia, misalnya saja dari sisi stimulus melalui perbankan untuk menyalurkan kredit ke dunia usaha, ternyata tidak serta merta diterjemahkan menjadi pertumbuhan kredit yang tinggi. Masyita mengatakan dunia usaha masih sangat sensitif pada retriksi mobilitas, terutama sektor-sektor yang sangat terpengaruh dengan terbatasnya interaksi.

"Saat ini sektor-sektor itu dalam posisi tidur atau hibernasi sehingga tidak butuh kredit untuk tumbuh. Kalaupun ada kredit yang dibutuhkan tahun ini bukan untuk ekspansi atau investasi, melainkan untuk survival kredit," ujar Masyita.

Masyita mengatakan dampak stimulus PEN sudah mulai dirasakan pada triwulan III tahun ini, misalnya saja indeks keyakinan konsumen yang terus membaik. Kegiatan ekonomi yang dibuka perlahan juga membuka peluang imvestasi untuk masuk.

"Kita berharap kebangkitan ini terus berlanjut. Tapi untuk bisa kembali ke periode sebelum covid dalam satu tahun pasti kurang, karena perlu mengaktifkan kembali aktivitas ekonomi," ujar Masyita.

<!--more-->

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu berujar pemulihan ekonomi 2021 tidak bisa sepenuhnya hanya bergantung pada belanja pemerintah. Menurut Febrio, investasi diharapkan tetap menjadi kunci pendorong pertumbuhan. Untuk itu, kata dia, perlu ada reformasi bagaimana memastikan investasi positif di 2021.

"Peluang investasi harus diperbaiki dan ease of doing business ditingkatkan, salah satunya melalui omnibus law cipta kerja, reformasi anggaran, dan kehadiran lembaga pengelola investasi," kata dia. Namun, Febrio menambahkan kondisi tersebut juga tergantung pada pola ekonomi global, terutama negara maju dan mitra dagang, seperti Cina, Amerika Serikat, dan Jepang.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad berujar stimulus PEN yang dikeluarkan pemerintah saat ini, terutama untuk pelaku UMKM, saat ini masih lebih besar digunakan untuk menutup kerugian akibat Covid-19 ketimbang untuk ekspansi atau pun investasi.

Advertising
Advertising

Stimulus PEN saat ini bersifat menahan agar laju penurunan ekonomi tidak terlampau dalam. Sementara itu, Tauhid mengatakan belanja pemerintah tetap diperlukan untuk mendorong investasi.

"Pada 2021, (pertumbuhan ekonomi) trennya akan membaik. Namun, dominasinya bukan dari PEN, melainkan dari APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) karena penggunaannya beda," ujar Tauhid.

Baca: Peringkat Kemudahan Berusaha RI Turun, BKPM: Negara Lain Cepat Lakukan Perbaikan



GHOIDA RAHMAH | LARISSA

Berita terkait

Wamen BUMN Sebut Freeport Bisa Produksi 50 Ton Emas Batangan per Tahun: Mulai Mei di Manyar

17 jam lalu

Wamen BUMN Sebut Freeport Bisa Produksi 50 Ton Emas Batangan per Tahun: Mulai Mei di Manyar

Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo menargetkan Indonesia mulai bulan ini bakal memproduksi emas batangan secara mandiri hingga 50 ton per tahun.

Baca Selengkapnya

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

19 jam lalu

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

Startup manajemen restoran dan waralaba kuliner dalam negeri, Runchise, memperoleh pendanaan segar sebesar US$1 juta atau sekitar Rp 16 miliar.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

19 jam lalu

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

Tren harga beberapa saham besar menurun, investasi di reksa dana saham pun terdampak.

Baca Selengkapnya

Puluhan Emak-emak di Depok Kena Modus Investasi Emas Bodong, Kerugian Capai Rp 6 Miliar

21 jam lalu

Puluhan Emak-emak di Depok Kena Modus Investasi Emas Bodong, Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Puluhan emak-emak di Depok menjadi korban penipuan berkedok investasi emas bodong. Kerugian mencapai Rp 6 miliar.

Baca Selengkapnya

Tahun Ini, Investasi di Solo Raya Ditargetkan Tembus Rp 12 Triliun

21 jam lalu

Tahun Ini, Investasi di Solo Raya Ditargetkan Tembus Rp 12 Triliun

Deputi BKPM Nurul Ichwan berharap percepatan pencapaian realisasi investasi pada 2024 bakal menguatkan kolaborasi antardaerah.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

23 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Jelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih

1 hari lalu

Jelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih

Kadin menggelar panel diskusi sebagai rangkaian dari SIWW 2024. Akses terhadap air bersih masih menjadi tantangan sejumlah wilayah di Indonesia.

Baca Selengkapnya

BRI Danareksa dan Succor AM Jalin Kerja Sama, Bidik Kenaikan AUM 50 Persen

1 hari lalu

BRI Danareksa dan Succor AM Jalin Kerja Sama, Bidik Kenaikan AUM 50 Persen

Sucor Aset Management menjalin kerja sama dengan BRI Danareksa Sekuritas untuk distribusi produk investasi reksa dana. Seperti apa targetnya tahun ini

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

1 hari lalu

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

Bank CIMB Niaga bekerja sama dengan Principal Indonesia untuk meluncurkan Reksa Dana Syariah Principal Islamic ASEAN Equity Syariah.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

1 hari lalu

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

Eks menteri keamanan Panama memenangkan pilpres setelah menggantikan mantan presiden Ricardo Martinelli dalam surat suara.

Baca Selengkapnya