AS Perpanjang Fasilitas GSP, Luhut Sebut Kinerja Ekspor RI Akan Meningkat
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 2 November 2020 05:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyambut baik perpanjangan preferensi tarif Generalized System of Preferences (GSP) dari pemerintah AS kepada Indonesia.
Sebelumnya, Pemerintah Amerika Serikat, melalui United States Trade Representative (USTR) secara resmi telah mengeluarkan keputusan untuk memperpanjang pemberian fasilitas GSP kepada Indonesia.
Di tengah menurunnya perdagangan internasional akibat pandemi Covid-19, kata Luhut, pemberian fasilitas GSP ini akan membantu meningkatkan kinerja ekspor Indonesia ke AS.
GSP merupakan fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk, yang diberikan secara unilateral oleh Pemerintah AS kepada negara-negara berkembang di dunia sejak tahun 1974. Indonesia pertama kali mendapatkan fasilitas GSP dari AS pada tahun 1980.
Berdasarkan data statistik dari United States International Trade Commission (USITC), pada tahun 2019 lalu, ekspor Indonesia yang menggunakan fasilitas GSP mencapai US$ 2,61 miliar. Angka ini setara dengan 13,1 persen dari total ekspor Indonesia ke AS, yakni US$ 20,1 miliar.
Ekspor yang menggunakan fasilitas tarif GSP Indonesia di tahun 2019 berasal dari 729 pos tarif barang dari total 3.572 pos tarif produk. Sedangkan hingga bulan Agustus 2020, nilai ekspor Indonesia ke AS yang menggunakan fasilitas itu tercatat sebesar US$ 1,87 miliar.
<!--more-->
Angka itu naik 10,6 persen dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya. Indonesia saat ini merupakan negara eksportir yang menggunakan fasilitas GSP terbesar ke-2 di AS setelah Thailand yang sebesar US$ 2,6 miliar.
Selain itu, Luhut juga mengusulkan diadakannya negosiasi Limited Trade Deal (LTD) atau Kesepakatan Perdagangan secara terbatas antara Indonesia dan AS.
Kesepakatan ini diusulkan dalam rangka menegaskan komitmen Pemerintah Indonesia untuk terus mengoptimalkan tingginya potensi kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan kedua negara. Kerja sama tersebut baik yang terjadi pada saat ini maupun di masa mendatang.
"LTD, yang akan mencakup kerjasama perdagangan, investasi hingga sektor informasi, komunikasi dan teknologi, diharapkan dapat membantu mendongkrak perdagangan dua arah Indonesia dan AS hingga mencapai US$ 60 miliar pada tahun 2024," ujar Luhut dalam keterangan tertulis, Ahad, 1 November 2020.
Tingginya intensitas kerjasama di bidang perdagangan antara kedua negara, menurut dia, bisa menjadi katalis yang efektif bagi peningkatan arus investasi dua pihak, termasuk dari Amerika Serikat ke Indonesia.
Baca: Luhut: Meski Indeks Ketahanan Pangan Naik, Impor Pangan Meningkat Tiap Tahun