Faisal Basri: Perpu Reformasi Keuangan Bukan Jawaban untuk Atasi Pandemi
Kamis, 1 Oktober 2020 20:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai Perpu Reformasi Sistem Keuangan bukanlah jawaban untuk menghadapi pandemi COVID-19. Ia menilai, sektor keuangan saat ini masih solid. Sampai semester I-2020 sektor keuangan masih tumbuh positif yakni 6,48 persen meski di tengah pandemi COVID-19.
“Instrumen apapun ditambah, mau Perpu sepuluh itu tidak akan mampu mengatasi kemerosotan ekonomi,” kata Faisal Basri dalam diskusi daring Indef di Jakarta, Kamis 1 Oktober 2020.
Faisal Basri mengatakan perbankan saat ini secara umum mengalami kelebihan likuiditas, yang dapat disimak dari kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 11 persen pada Agustus 2020. Namun sebaliknya, ada juga bank kecil yang mengalami permasalahan likuiditas.
Salah satu solusinya, kata dia, bank besar yang kelebihan likuiditas dapat memberikan pinjaman kepada bank kecil yang kekurangan likuiditas dengan skema penjaminan kepada industri perbankan. “Dengan cara diperluas penjaminan ke perbankan tidak hanya kepada nasabah tapi juga antarbank,” kata Faisal Basri.
<!--more-->
Mencermati beberapa indikator itu, Faisal Basri menilai kunci utama bukan di sektor keuangan namun mengatasi akar utamanya yakni mengatasi Virus Corona. “Kuncinya bukan di sektor keuangan, kuncinya adalah mengatasi COVID-19 ini, sampai sekarang COVID-19 belum ada strategi jangka pendek dan menengah,” kata dia.
Ia pun mengibaratkan rencana merevisi UU Bank Indonesia termasuk Perpu Reformasi Sistem Keuangan ketika pandemi COVID-19 sama dengan merenovasi rumah ketika terjadi badai yang belum selesai. Adapun saat ini, ia menilai Kementerian Keuangan maupun Bank Indonesia mulai frustasi mengelola ekonomi. “Karena mereka tidak punya kuasa mengontrol dan melakukan apa pun dalam mengatasi sumber masalah, yakni Covid-19,” Faisal Basri menambahkan.
Faisal mencontohkan, per kemarin pemerintah melakukan testing Covid-19 kepada 12 ribu orang per 1 juta penduduk. Bagi dia, angka itu hanya lebih tinggi dari 12 negara di dunia dengan angka kasus di atas 10 ribu. “Sudah begitu habis-habis uang buat testing, contact tracing lemah,” tutur dia.
Sehingga, menurut Faisal, yang harus dilakukan segera adalah mengatasi pagebluk tersebut. Sebab, jika pandemi corona tidak ditangani, maka semua sektor bakal terhempas. “Saya rasa yang dipentingkan bukan perpu macam-macam ini, tapi perpu mengatasi Covid-19 secara tuntas. Diperlukan panglima perang yang sigap.”
IHSAN RELIUBUN | ANTARA
Baca juga: Jokowi: Fokus Utama Penanganan Kesehatan, Ekonomi Akan Mengikuti