BPS Sebut Daya Beli Masyarakat Rendah, Sebabkan Deflasi Berturut-turut

Kamis, 1 Oktober 2020 12:34 WIB

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto saat jumpa wartawan mengenai perkembangan ekspor dan impor di Gedung BPS Pusat, Jakarta Pusat, Senin 16 Oktober 2017. TEMPO/M. Julnis Firmansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto memperkirakan daya beli masyarakat yang masih rendah menyebabkan deflasi kembali terjadi pada September 2020. Hal tersebut tercermin dari perkembangan tingkat inflasi inti yang trennya terus turun sejak Maret 2020.

"Dari sisi permintaan nampaknya daya beli masyarakat masih rendah yang ditunjukkan inflasi inti yang kembali menurun di September 2020," ujar Suhariyanto dalam konferensi video, Kamis, 1 Oktober 2020.

BPS mencatat terjadinya deflasi secara bulanan sebesar 0,05 persen pada September 2020. Dengan demikian inflasi pada tahun kalender adalah sebesar 0,89 persen dan laju inflasi secara year-on-year adalah 1,42 persen. "Menurut komponen, penyebab utama deflasi September adalah untuk harga yang bergejolak dan untuk harga yang diatur pemerintah," tutur Suhariyanto.

Dengan data bulan September 2020 ini, maka deflasi bulan ke bulan tercatat sudah terjadi selama tiga bulan berturut-turut sejak Juli hingga September 2020. Rinciannya, Juli deflasi 0,1 persen, Agustus 0,05 persen, dan September 0,05 persen.

Suhariyanto menyebut inflasi inti bulanan pada September 2020 adalah sebesar 0,13 persen dan andilnya adalah sebesar 0,08 persen. Inflasi inti disumbang antara lain oleh uang kuliah, akademi atau perguruan tinggi yang andilnya 0,03 persen, serta kenaikan harga emas perhiasan yang andilnya 0,01 persen.

Advertising
Advertising

Untuk harga yang diatur pemerintah, tutur Suhariyanto, deflasinya adalah 0,19 persen, dengan sumbangan 0,03 persen. Komoditas penyumbang komponen ini adalah penurunan tarif angkutan udara yang andilnya 0,04 persen.

Kemudian, untuk harga yang bergejolak, BPS mencatat deflasi 0,6 persen, dengan sumbangan 0,1 persen. Banyaknya komoditas yang mengalami penurunan harga, menurut Suhariyanto, menunjukkan bahwa pasokan barang cukup.

Sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga, kata dia, antara lain daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, serta sayuran seperti tomat cabai rawit. Walau demikian, ada pula komoditas yang mengalami kenaikan harga dan menyumbang inflasi, antara lain minyak goreng dan bawang putih.

"Dapat disimpulkan bahwa pada September deflasi 0,05 persen, dari sisi pasokan cukup, dari sisi permintaan nampaknya daya beli masyarakat masih rendah yang ditunjukkan inlasi inti yang kembali menurun di september 2020," ujar Suhariyanto.

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

6 jam lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

13 jam lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

1 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

2 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

2 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

2 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

2 hari lalu

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

Jokowi mengatakan panen raya jagung terjadi mulai dari Sumbawa Barat, Dompu, hingga Gorontalo.

Baca Selengkapnya