BPS Sebut Daya Beli Masyarakat Rendah, Sebabkan Deflasi Berturut-turut
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Dewi Rina Cahyani
Kamis, 1 Oktober 2020 12:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto memperkirakan daya beli masyarakat yang masih rendah menyebabkan deflasi kembali terjadi pada September 2020. Hal tersebut tercermin dari perkembangan tingkat inflasi inti yang trennya terus turun sejak Maret 2020.
"Dari sisi permintaan nampaknya daya beli masyarakat masih rendah yang ditunjukkan inflasi inti yang kembali menurun di September 2020," ujar Suhariyanto dalam konferensi video, Kamis, 1 Oktober 2020.
BPS mencatat terjadinya deflasi secara bulanan sebesar 0,05 persen pada September 2020. Dengan demikian inflasi pada tahun kalender adalah sebesar 0,89 persen dan laju inflasi secara year-on-year adalah 1,42 persen. "Menurut komponen, penyebab utama deflasi September adalah untuk harga yang bergejolak dan untuk harga yang diatur pemerintah," tutur Suhariyanto.
Dengan data bulan September 2020 ini, maka deflasi bulan ke bulan tercatat sudah terjadi selama tiga bulan berturut-turut sejak Juli hingga September 2020. Rinciannya, Juli deflasi 0,1 persen, Agustus 0,05 persen, dan September 0,05 persen.
Suhariyanto menyebut inflasi inti bulanan pada September 2020 adalah sebesar 0,13 persen dan andilnya adalah sebesar 0,08 persen. Inflasi inti disumbang antara lain oleh uang kuliah, akademi atau perguruan tinggi yang andilnya 0,03 persen, serta kenaikan harga emas perhiasan yang andilnya 0,01 persen.
Untuk harga yang diatur pemerintah, tutur Suhariyanto, deflasinya adalah 0,19 persen, dengan sumbangan 0,03 persen. Komoditas penyumbang komponen ini adalah penurunan tarif angkutan udara yang andilnya 0,04 persen.
Kemudian, untuk harga yang bergejolak, BPS mencatat deflasi 0,6 persen, dengan sumbangan 0,1 persen. Banyaknya komoditas yang mengalami penurunan harga, menurut Suhariyanto, menunjukkan bahwa pasokan barang cukup.
Sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga, kata dia, antara lain daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, serta sayuran seperti tomat cabai rawit. Walau demikian, ada pula komoditas yang mengalami kenaikan harga dan menyumbang inflasi, antara lain minyak goreng dan bawang putih.
"Dapat disimpulkan bahwa pada September deflasi 0,05 persen, dari sisi pasokan cukup, dari sisi permintaan nampaknya daya beli masyarakat masih rendah yang ditunjukkan inlasi inti yang kembali menurun di september 2020," ujar Suhariyanto.