Boyong Investasi di Industri Hilirisasi, Indonesia Dekati Korea Selatan
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 28 September 2020 12:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Pemerintah Indonesia berupaya agresif menarik investor Korea Selatan untuk menanamkan modalnya di Tanah Air, khususnya di industri hilirisasi. Pendekatan ini dilakukan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir melalui kunjungan ke Negeri Gingseng pada 23-24 September lalu.
“Untuk mendorong realisasi investasi, kami bersama Menteri BUMN ke Korea Selatan membahas hilirisasi EV (Electric Vehicle) battery,” ujar Bahlil dalam keterangan tertulis, Senin, 28 Septembter 2020.
Bahlil mengatakan pemerintah menindaklanjuti minat investasi dari beberapa perusahaan di Korea Selatan. Meski dalam situasi menantang, ia menyebut Indonesia memang masih memiliki daya tarik bagi investor asing.
Adapun sejak 2015, Korea Selatan menjadi negara asal investasi terbesar ketujuh di Indonesia setelah Singapura, Jepang, Tiongkok, Hongkong, Malaysia, dan Belanda. Korea Selatan membukukan total investasi sebesar US$ 7,7 miliar.
Menurut data Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi (Pusat KOPI) BKPM, investasi dari Korea Selatan pada periode 2016 sampai semester I 2020 didominasi oleh sektor listrik, gas, dan air senilai US$ 944,3 juta. Kemudian industri mesin, elektronik, instrumen medis, peralatan listrik, presisi, optik, dan jam tangan sebesar US$ 902,5 juta.
<!--more-->
Selanjutnya industri kimia dan farmasi senilai US$ 749,6 juta; industri barang kulit dan alas kaki sebesar US$ 552,0 juta; dan industri lainnya senilai US$ 528,7 juta. Berdasarkan lokasinya, investasi Korea Selatan mayoritas berada di Jawa dengan total US$ 4,5 miliar, Kalimantan sebesar US$ 1,0 miliar, Sumatera sebesar US$ 372,4 juta, Papua sebesar US$ 246,8 juta, dan Maluku sebesarUS$ 226,3 juta.
Sementara itu, pada 2020, realisasi investasi asal Negeri Ginseng di Indonesia sepanjang triwulan II tercatat mencapai US$ 552,6 juta atau melonjak sebesar 340 persen dibandingkan dengan triwulan I. Pada triwulan I, investasi Korea Selatan ke Indonesia ialah US$ 130,4 juta.
Sedangkan pada periode semester I 2020, realisasi investasi dari Korea Selatan mengalami peningkatan sebesar 25 persen menjadi US$ 683,0 juta dari periode yang sama tahun lalu. Bahlil menjelaskan, dengan data yang ada saat ini, Pemerintah Indonesia perlu menunjukkan keseriusan dalam menjemput investor dari Korea Selatan.
“Sesuai arahan Presiden, investasi yang kita dorong adalah yang mendukung transformasi ekonomi, ada nilai tambah, dan tentu juga investasi padat karya. Indonesia butuh lapangan kerja dan investasi solusinya,” ucap Bahlil.
Baca juga: Erick Thohir: Kalau Masalah Kesehatan Tidak Selesai, Lupakan Ekonomi
FRANCISCA CHRISTY ROSANA