Menteri Pertanian: Paradigma Petani Miskin dan Terbelakang Itu Salah
Reporter
Bisnis.com
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 31 Agustus 2020 14:49 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menilai keliru paradigma petani orang miskin dan terbelakang.
"Paradigma petani orang miskin, salah itu. Petani itu adalah yang terkebelakang, salah itu," sebut Mentan Syahrul Yasin Limpo pada pada acara tanam sekaligus panen integrasi kedelai-kelapa dan panen jagung di Desa Tontalete, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Senin 31 Agustus 2020.
Mentan mencontohkan orang Amerika saat dilanda krisis COVID-19 kembali bertani. Begitu pula tren warga Jepang meninggalkan profesi lain dan menghidupkan pertanian karena COVID-19 yang mencekam.
Oleh karena itu, lanjut dia, masyarakat Sulawesi Utara seharusnya manfaatkan nikmat lahan pertanian yang luas. "Kiri kanan hijau tuh, matahari kita seperti ini tidak gampang. Di negara lain ada empat musim, ada dingin, dingin banget, ada panas ada semi semi, empat musim kita cuma dua, negara tropis adalah negara kaya," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo.
Petani miskin, kata Mentan, hanya yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan kepadanya. "Kita berbahagia berada di Sulawesi Utara karena tanah di sini subur, tanah subur menjanjikan kehidupan, kecuali kita termasuk orang yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan," ujar Mentan.
<!--more-->
Menurut dia, matahari yang terus bersinar dan menjadi bagian kehidupan, angin bertiup menjanjikan hari esok harus lebih baik, dan air yang setiap saat turun menjadi janji Tuhan terhadap hadirnya kehidupan yang harus lebih baik, hari esok lebih baik dibandingkan hari ini dan kemarin.
"Karena itu, pertanian sesuatu yang selalu memang bisa menjanjikan orang hidup lebih baik dan bisa bertahan," ujar Mentan Syahrul Yasin Limpo.
Kunjungan kerja Mentan ke Sulawesi Utara didampingi pejabat kementerian, Sekretaris Daerah Sulut Edwin Silangen, Forkopimda Sulut, Bupati Minahasa Utara Vonnie A Panambunan, perbankan dan kelompok tani.
Baca juga: Menteri Pertanian: Indonesia Masih Impor Sapi 1,2 Juta Ekor per Tahun