Pemerintah Diminta Tak Hiraukan Pemilik Deposito Jumbo tapi Fokus Tangani Covid
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 14 Agustus 2020 07:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Center of Reform on Economy (Core) Piter Abdullah Redjalam mengatakan penurunan konsumsi di tengah pandemi Covid-19 adalah hal yang wajar terjadi. Hal ini merespons sejumlah pernyataan pemerintah soal banyaknya pemilik rekening deposito dengan nilai jumbo yang ternyata tak membelanjakan uangnya selama pandemi.
"Tidak bisa dipaksa naik. Meskipun ada uang, orang akan tetap menahan belanja, itu terlihat dengan kenaikan tabungan di atas Rp 100 juta," ujar dia dalam konferensi video, Kamis, 13 Agustus 2020.
Piter mengatakan penurunan konsumsi disebabkan dua hal. Pertama, menurunnya daya beli masyarakat akibat pemutusan hubungan kerja atau dibatasinya kegiatan usaha.
Kedua, masyarakat yang masih memiliki daya beli, kelompok menengah atas, memilih untuk membatasi dirinya sendiri, berjaga-jaga dan menahan konsumsi di tengah pandemi. Khususnya, konsumsi barang-barang sekunder atau mewah.
"Karena itu, sebaiknya kita fokus menanggulangi wabah, bukannya justru memikirkan meningkatkan konsumsi. Konsumsi akan naik sendiri ketika wabah sudah berlalu," ujar Piter.
Piter mengatakan program pemerintah, terutama yang berifat bantuan sosial, lebih bersifat membantu menahan penurunan daya beli. Menurut dia bansos tidak akan bisa menggantikan pendapatan yang hilang akibat dampak Covid-19. Sehingga, daya beli dan kondumsi tetap turun.
"Demikian juga dengan penerima gaji ke-13 dan subsidi gaji swasta, mereka tidak dapat bansos, mereka punya daya beli, tapi mereka tidak akan menggunakan tambahan income untuk meningkatkan konsumsi. Mereka tetap akan menahan konsumsi," kata Piter.
<!--more-->
Piter berujar pemerintah tidak akan bisa mengembalikan konsumsi ke level normal selama wabah masih berlangsung. Meski demikian, ia tetap menilai program-program pemerintah sudah tepat dan dibutuhkan dalam kondisi ini.
"Bukan berarti program-program pemerintah tersebut tidak berguna dan tidak perlu karena bansos tujuannya untuk meningkatkan daya tahan masyarakat di tengah wabah agar mereka tetap survive, sekaligus menahan penurunan konsumsi," kata Piter.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan salah satu masalah di perekonomian Indonesia adalah dari sisi permintaan alias demand site. Ia melihat banyak orang belakangan ini justru memilih menambah tabungan dan tidak membelanjakan uangnya.
"Berdasarkan data, salah satu masalah adalah dari demand side, dan mereka yang mempunyai deposito di atas Rp 200 juta juga meningkatkan depositonya dan tidak membelanjakan," ujar Airlangga dalam konferensi video, Rabu, 12 Agustus 2020.
Airlangga pun meminta dukungan dari para pengusaha untuk menyelesaikan persoalan ini. Di sisi lain, pemerintah juga mengkaji stimulus untuk mendorong belanja masyarakat. "Pemerintah sedang mendorong bagaimana memberikan stimulan agar masyarakat mulai membelanjakan (uangnya)."
Baca juga: Mantan Mendag Sebut Kiat Cegah Resesi: Kelas Menengah Genjot Belanjakan Uangnya