OPEC+ Pertimbangkan Naikkan Produksi, Harga Minyak Turun 1 Persen

Reporter

Bisnis.com

Senin, 13 Juli 2020 08:36 WIB

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic

TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak turun di tengah munculnya kemungkinan OPEC+ kembali menaikkan produksi minyak mentah.

Pada Senin, 13 Juli 2020, harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman bulan Agustus turun 1,1 persen ke level US$ 40,11 per barel di pasar New York Mercantile Exchange hingga pukul 08.13 di Singapura atau 07.13 WIB.

Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk kontrak September juga terkoreksi 1 persen ke level US$ 42,80 di bursa berjangka ICE Futures Europe setelah sempat ditutup menguat 2,1 persen pada Jumat lalu.

Menurut rencana, OPEC+ akan mengkaji keadaan pasar dalam pertemuan virual pada Rabu mendatang di tengah rencana organisasi negara-negara penghasil minyak tersebut untuk mengurangi pembatasan produksi minyak mentah.

Perusahaan minyak terkemuka di Rusia telah bersiap menambah produksi pada bulan depan setelah ketiadaan arahan dari Kementerian Energi setempat.

Rencana penambahan produksi ini terjadi di tengah lonjakan kasus posittif virus corona yang melanda negara-negara di dunia. Sejumlah negara bagian di Amerika Serikat membatalkan rencana pembukaan kembali kegiatan ekonomi.

Sementara itu, Melbourne, kota terbesar kedua di Australia kembali memasuki masa lockdown setelah terjadinya kenaikan angka kasus positif.

Pemangkasan produksi minyak mentah yang dilakukan OPEC+ sejauh ini menjadi faktor penting di balik kenaikan harga minyak dunia setelah sempat menyentuh 0 pada April lalu.

Dalam laporannya Jumat lalu, International Energy Agency mengatakan akan terjadi rebound pada permintaan terhadap minyak dunia dalam tiga bulan mendatang seiring dengan kembali berjalannya roda perekonomian.

Sebuah panel yang mengkaji kebijakan OPEC+, Joint Ministerial Monitoring Committee akan mempertimbangkan apakah pembatasan produksi minyak dunia akan dilanjutkan atau mulai dikurangi.

Saat ini, angka produksi minyak dunia dibatasi sebanyak 9,6 juta barel per harinya. Sejumlah negara anggota diperkirakan akan memilih opsi mengurangi pembatasan menjadi 7,7 juta barel per hari.

Sementara itu, data dari Baker Hughes Co. pada Jumat lalu menyebutkan, jumlah kilang minyak yang aktif beroperasi di Amerika Serikat berkurang 4 menjadi 181. Jumlah ini merupakan total terendah sejak Juni 2009 lalu.

Di Libya, ekspor minyak mentah juga menemui halangan setelah komandan milisi Khalifa Haftar memperingatkan pihaknya akan terus melakukan blokade pada pelabuhan-pelabuhan dan bandara pada negara di kawasan Afrika Utara tersebut.

BISNIS

Berita terkait

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

16 jam lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

2 hari lalu

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

Cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

9 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

10 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

10 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

16 hari lalu

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

Kenaikan harga minyak juga disebabkan penguatan dolar AS.

Baca Selengkapnya

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

17 hari lalu

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

17 hari lalu

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

Konflik Israel Iran yang diprediksi masih panjang membuat harga minyak dunia melambung.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

17 hari lalu

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Dolar AS Semakin Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.301

17 hari lalu

Dolar AS Semakin Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.301

Nilai tukar dolar Singapura terhadap rupiah malah cenderung lebih turun yakni Rp 11.854

Baca Selengkapnya