Respons Gelombang Boikot, Facebook Cekal Iklan Rasis
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 28 Juni 2020 10:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Facebook menetapkan batasan baru pada konten iklan yang mengandung ujaran kebencian dengan secara eksplisit melarang iklan yang mendorong perpecahan rasial.
Secara khusus, kebijakan baru ini akan melarang klaim atas orang-orang dari ras, etnis, kebangsaan, agama, kasta, orientasi seksual, gender atau status imigrasi tertentu merupakan ancaman terhadap keselamatan fisik, kesehatan, atau kelangsungan hidup orang lain.
"Kebijakan ini juga akan membatasi iklan yang menyatakan penghinaan bagi imigran atau pengungsi," seperti dikutip dari The Verge, Ahad, 28 Juni 2020.
Adapun pembatasan itu hanya berlaku untuk iklan, dan tidak akan memengaruhi postingan tanpa promosi berbayar. "Facebook tetap memberikan suara kepada orang-orang, dan itu berarti orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki banyak suara, atau kekuatan untuk berbagi pengalaman mereka sendiri," ujar Pendiri dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg.
"Sangat penting bagi kami untuk memastikan platform kami memenuhi prinsip-prinsip ini," kata Zuckerberg.
Pembatasan ini merupakan bagian dari serangkaian perubahan yang dilakukan Facebook sebelum pemilihan umum AS tahun 2020.
Langkah Facebook itu diambil untuk merespons langkah boikot sejumlah perusahaan besar di Amerika Serikat dengan tidak memasang iklan di platform media sosial tersebut. Pasalnya, Facebook dinilai tidak cukup bertindak mengatasi ujaran kebencian.
<!--more-->
Operator seluler Verizon Communications Inc memboikot Facebook dengan alasan tersebut dan berlaku mulai Juli. "Kami menghentikan iklan kami sampai Facebook bisa membuat solusi yang bisa diterima dan membuat kami nyaman," kata Verizon, dikutip dari Reuters, Jumat, 26 Juni 2020.
Kelompok pembela hak asasi manusia di AS mengadakan kampanye "Stop Hate for Profit". Mereka mengajak berbagai perusahaan untuk memprotes Facebook, sebagai jejaring sosial terbesar dunia, karena tidak cukup menangani ujaran kebencian, kekerasan dan misinformasi.
Merek perlengkapan mendaki gunung The North Face dan Patagonia juga menarik iklan mereka di Facebook. Patagonia menyatakan mereka menarik iklan di Facebook dan Instagram paling lambat akhir Juli. Es krim Ben & Jerry's menghentikan seluruh iklan berbayar di Facebook dan Instagram mulai 1 Juli.
Perusahaan Procter & Gamble Co, salah satu pengiklan terbesar di Facebook, menyatakan mereka sedang meninjau platform iklan dan menghentikan belanja jika terdapat konten berisi kebencian.
Adapun Unilever menegaskan tidak akan memasang iklan di Facebook, Twitter dan Instagram hingga akhir tahun. Alasannya, perusahaan menilai pengguna media sosial tersebut senang mengunggah ujaran kebencian yang membuat kondisi politik terpolarisasi. Unilever bertekad untuk mengawasi perkembangan ini dan meninjau ulang posisi perusahaan jika dibutuhkan.
"Melanjutkan iklan di platform tersebut saat ini tidak akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan komunitas," kata Unilever dalam pernyataan resmi yang dikirim melalui e-mail. Unilever yang memayungi merek seperti mayones Hellmann's dan Axe diketahui memiliki anggaran iklan tahunan mencapai US$ 8 juta.
Unit usaha Honda Motor Co. di AS juga mengatakan akan bergabung dengan boikot dan menghentikan iklan di Facebook dan Instagram pada bulan Juli. Hal tersebut diungkapkan setelah Unilever memutuskan kebijakan penghentian iklan di dua media sosial tersebut.
Facebook mengatakan mereka sedang berdiskusi dengan kelompok pembela HAM. "Kami menghormati keputusan para merek dan tetap fokus pada pekerjaan penting menghapus ujaran kebencian dan memberikan informasi penting tentang pemungutan suara," kata wakil direktur bisnis global di Facebook, Carolym Everson.
ANTARA